Slide # 1

SKANDAL SEKS

CERITA SEKS TERPANAS DAN TERUPDATE, KUMPULAN SKANDAL SEKS UMUR 18++ Read More

Slide # 2

SKANDAL SEKS

CERITA BIKIN SANGEK BERAT Read More

Slide # 3

SKANDAL SEKS

CERITA SEKS TERPANAS DAN TERUPDATE, KUMPULAN SKANDAL SEKS UMUR 18 Read More

Wednesday, January 29, 2020

Nikmatnya Cewek Billiar Yang Perawan


TTWIN168 - Ini adalah true story dimana peristiwa ini terjadi sekitar 7 tahun yang lalu. Aku akan menyamarkan nama-nama karakter maupun tempat yang akan kulibatkan dalam cerita ini, jadi kalau ada nama karakter yang sama dengan cerita ini, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pertama-tama aku ingin memperkenalkan diri. Aku seorang pria lajang bernama Hans dengan tinggi badan 172 cm dan berat 68 kg, berpenampilan lumayanlah untuk sekedar memikat para wanita. Aku sejak berumur 20 tahun sudah hidup berdikari. Aku kuliah (sekarang sudah lulus) dan bekerja. Aku bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku, baik untuk makan, bayar kuliah, atau sekedar untuk bersenang-senang.

Di suatu senja selepas kuliah kira-kira pukul 18:45 aku langsung memacu motorku ke tempat nongkrong di gang Bangau di Senen. Di sana kehadiranku sangat diharapkan karena aku agak ngocol kalau diajak bercanda.
"Hei Hans acara elo kemana nih ntar malam," sapa seorang teman sesampainya di sana.
"Tau Lim (Kimlin) gue bingung nih, gue sih bisa kemana aja, emangnya anak-anak pada mau kemana?"
"Tau tuh. Tapi si Franki ngajakin nyodok (istilah main bilyard). Mau nggak Hans?" kata Kimlin.
"Gue mah boleh aja tapi anak-anak yang lain mau nggak?"
"Hans, anak-anak sih mau soalnya wasitnya banyak yang cakep,"
"Loh mau nyodok di mana? Bukan di tempat biasa?"
"Di Coxxx."
"O... enak nggak di sana mejanya?"
"Lebih enak lagi," Kata si monyet temanku.
"Ya udah kalo anak-anak mau sih."

Akhirnya kami semua berangkat ke lokasi. Sesampainya di sana kami langsung mencari meja kosong. Tentunya satu meja untuk beramai-ramai (yang kalah main ganti orang biar agak irit mainnya). Aku melihat sekeliling ruangan. Bagus juga tempatnya. Memang sih wasitnya cakep-cakep. Sambil melihat-lihat, Aku menangkap sesosok wajah yang boleh dibilang paling cantik sih dibanding wasit yang lainnya di tempat itu.
"Hei Hans giliran elo tuh..."
"Ha eh sorry lagi liat-liat nih," kataku.

Setelah aku memukul bola, kudekati wasit yang sedang menghitung di meja kami.
"Mbak, wasit yang itu namanya siapa sih?" sambil menunjuk sosok cantik yang kulihat tadi.
"Kenapa tanya wasit itu? Cakep kan?"
"Iya sih boleh juga."
"Dea namanya. Kenapa naksir ya?"
"Nggak," kataku.
"Kamu kayaknya baru sekali yach dateng ke mari (tempat bilyard maksudnya)."
"Iya..."
"Makanya sering-sering dong kemari."
Aku tersenyum sambil menjawab, "Iya deh...!"

Keesokan harinya aku balik lagi ke sana. Sama anak-anak lagi. Tentunya menunggu wasit yang bernama Dea itu. Dan akhirnya bisa juga diwasitin sama si Dea. Wah semangat banget anak-anak mainnya. Ada juga yang menggoda. Aku lebih memilih untuk duduk diam sambil ngobrol sama Dea sambil mengomentari anak-anak yang bermain bilyard. Sambil mengomentari anak-anak main, diam-diam aku melihat lekuk tubuh Dea. Dia badannya bagus. Terlihat dari kaos ketat yang dia pakai. Dengan ukuran payudara sekitar 34B. Pinggulnya juga tidak terlalu besar. Yah ideal lah untuk seorang wanita. Dan yang lebih wah lagi ternyata Dea merupakan wasit primadona di sana. Jadi banyak juga pemain bilyard yang mau mengincar dia, baik diwasitin, ataupun yang lain. Ya temasuk aku juga sih. Akhirnya kami ngobrol. Aku bertanya macam-macam, tentunya pura-pura kenalan dulu sekedar basa-basi.

"Dea," katanya (sambil berjabat tangan).
"Hans. Kamu udah lama jadi wasit di sini?" aku membuka percakapan.
"Hmm.. lama juga. Hampir 8 bulan."
"Wah lumayan juga yach."
"Iya."
"Kamu umur berapa Dea?"
"Baru 20," katanya.
"Kamu?" dia balik bertanya.
"Udah 23 (umur saya saat itu). Kenapa?"
"Ah nggak pa-pa. Kamu kayaknya baru-baru aja yach main di sini."
"Iya. Kok tau?" kataku.
"Iya nggak pernah keliatan," sambil tersenyum.
"Sering-sering dong kemari," katanya.
"Wow pasti, soalnya ada Dea sih." dia cuma tersenyum.

Berawal dari obrolan itu akhirnya aku sering main bilyard di situ, dengan Dea sebagai wasit tentunya. Terkadang aku pun sering menawarkan sesuatu seperti minuman atau makanan (di luar gedung suka banyak orang yang jualan). Di samping itu aku pun berniat untuk mendapatkan dia. Yah untuk iseng aja soalnya aku dulu suka sekali nyobain perempuan-perempuan baik perempuan baik-baik maupun yang nakal. Tapi setelah kupikir, saingannya banyak juga karena yang bermain di sana matanya pasti melihat ke Dea. Tatapan mereka pun bukan sekedar tatapan biasa tetapi bagaikan tatapan seekor singa yang sedang mengincar seekor domba. Aku sih cuek aja soalnya aku menganggap ini suatu kompetisi. Namanya juga lagi usaha. Jadi kalau dapat syukur nggak dapat ya udah. Lagi pula Dea sepertinya memberikan lampu hijau kepadaku kalau dilihat dari sikapnya setelah beberapa kali aku datang dan diwasitin olehnya.

Setelah melihat sikap Dea seperti itu, aku mencoba untuk berbicara kepadanya (berbicara serius tentunya).
"Eh Dea, kayaknya aku suka nih sama kamu." rayuku gombal.
"terus memangnya kenapa..?" tanyanya.
"Kita jadiin yuk! mau ngak kamu..."
Dia dia sejenak.
"Kenapa?" Tanyaku, "Ada yang marah yach?"
"Nggak. Siapa yang marah!?"
"Nggak... siapa tau aja.." kataku, "Jadi mau nih...."
"Hmmm," sambil mengangguk.
"Yes!" kataku dalam hati.

Kami pun akhirnya resmi pacaran. Tapi aku tidak menganggap serius. Dea pun kukira begitu. Jadi sekedar have fun saja. Kebetulan, dalam hatiku. Setelah kejadian tersebut aku jadi lebih sering datang ke sana terutama malam. Terkadang aku datang sendiri, terkadang bersama Kimlin, terkadang rame-rame. Yah sekedar setor muka sekalian ngobrol-ngobrol. Jika Dea tidak ngewasitin kita, setelah selesai ngewasitin meja lain dia langsung ke meja kami. Aku pun terus berpikir, "Gile nih Dea... Body oke... gue udah bisa jalan sama dia... masa sih gue ngak bisa ngedapetin tubuhnya!" Sampai suatu malam kucoba mengajak dia untuk main ke tempatku (kebetulan aku kost waktu itu).

"Eh Dea, acara kamu kemana selesai tugas?"
"Nggak ke mana-mana kok."
"Main ke tempatku mau?"
"Mmm (sambil berpikir) boleh..."
Yes lagi dalam hatiku. Akhirnya dengan membonceng dia, kuajak Dea ke tempat kost-ku yang lumanyan jauh jaraknya.
"Yah beginilah tempat bujangan," kataku membuka pembicaraan sesudah sampai di tempat kost-ku.
"Lumayanlah buat ukuran kamu yang masih sendiri. Eh Hans, ngomong-ngomong ada yang marah nggak Dea kemari?" sambil tesenyum.
"Nggak kok," kataku.
"Ah masa sih? Dea nggak percaya.."
"Bener lagi (kebetulan aku masih single waktu itu), kenapa emangnya?"
"Ah nggak apa-apa kok," kata Dea.
"Dea mau minum apa? teh manis yach?" kataku.
"Boleh..."

Kemudian aku mulai merebus air dan membuatkan teh manis untuk Dea. Sesudah selesai aku membuatkan teh manis untuknya, kami mengobrol kembali dan ternyata Dea sudah tiduran di kasur busa ruangan kost-ku. Sambil menaruh cangkir teh di meja, aku mencoba untuk memeluknya. Ya ampun... si junior mulai bereaksi juga nih. Soalnya dia sexy sekali. Apalagi waktu dia tiduran roknya agak tersingkap sehingga terlihat sedikit kulit mulus di balik roknya. Dengan sedikit senyum di wajahnya, dia menginginkan aku tidur di sebelahnya. Aduh mak.. bingung juga nih. Soalnya dia lebih agresif, diluar perkiraanku sih. Padahal aku ada rencana untuk memulainya.

Tanpa menunggu lama lagi kubikin remang-remang ruangan di kamar kost-ku. Lalu aku tidur di sebelahnya. Deg-degan juga sih rasanya. Kemudian tanpa dikomando kami memulai saling berhadapan. Nggak tahu juga kenapa bisa bersamaan mulainya. Dia mulai memelukku kemudian aku memulai mencium keningnya. Lalu dia langsung membalas mencium leherku dan tanpa basa-basi lagi aku menyambar bibirnya yang mungil. Kemudian kami langsung berciuman dengan saling mengulum lidah kami. Gila! dalam hatiku. Nih cewek jago juga ciumannya. Kemudian dia membuka bajuku dan menempelkan lagi bibirnya di leherku. "Ssshh.." dengan lincahnya dia memainkan lidahnya di antara leher dan sekitar belakang telingaku.

"Sshhh... eh Dea.."
"Hemm.. kenapa lagi Say?" katanya terkejut.
"Nggak ada cupang-cupangan yach?"
Kemudian dia langsung menyambarkan lagi bibirnya dengan sedikit bernafsu. Busyet deh. Aku menggeliat sedikit sambil menghindar dan Dea tersenyum.
"Iya deh... Nggak dicupang."
"Suer lho gue kan malu..."
"Emang gue pikirin?" katanya.


Setelah selesai berbicara aku langsung menyambar bibirnya. Kemudian tanganku berusaha melepaskan kaitan bra tanpa membuka busananya terlebih dahulu. Terbuka juga. Aku langsung mengarahkan tanganku ke payudaranya. Gile bener.. 34B, ukurannya pas segenggam. Kemudian aku memainkan puting susunya. "Mmmhh.. sshhh.." desisnya. Melihat kelakuanku dia sadar juga. Akhirnya dia membuka baju yang dia kenakan malam itu, dan langsung menjulanglah dua gunung yang indah menantang itu. Dia rupanya sudah mulai terangsang. Kemudian kuarahkan mulutku ke arah puting payudaranya, lalu kulumat puting susu yang ranum itu secara perlahan tapi pasti. Kujilat sekeliling puting susunya. "Mmmhh..." Dan dia pun sedikit mengejang. Mungkin akibat rangsangan yang ditimbulkan dari kuluman lidahku terhadap puting susunya. Sambil mengalungkan tangannya ke leherku, terkadang menjambak rambutku.

"Ssshh.. aahh.. mmhh.." dia terus menikmati permainan lidahku terhadap putingnya. Tanpa terasa batang kemaluanku pun telah berdiri tegap. Terus terang pembaca, rasanya aku juga sudah mau keluar juga. Atas dasar itu aku menghentikan permainan lidahku dan langsung berbaring sebentar di sebelahnya. "Dea... nyantai dulu yah. Jangan terlalu nafsu. Aku kayaknya udah diujung nih." Tanpa perkataan dia terus mengarahkan bibirnya ke puting susuku dan memainkan lidahnya. Sedikit menggeliat tubuhku karena menahan gejolak yang amat sangat. "Mmhh aahh.." Dia kemudian memainkan lidahnya dari dadaku sampai ke pusar. "Bener-bener deh nih cewek," dalam hatiku. Sambil terus memainkan lidahnya bak mandi kucing, dia mulai membuka celana yang kupakai dan, "Ups..." batang kemaluanku sudah menjulang agak miring sedikit. Sambil terus menjilati, dia memainkan batang kemaluanku. Dia begitu agresif. Akupun tidak mau ketinggalan untuk melawan agresifnya.

Aku pun mulai memainkan payudaranya lagi, dia tetap menjilati seluruh tubuhku. Karena posisinya agak nungging aku mencoba untuk memasukan tanganku ke dalam roknya. Tapi tanganku ditepis. "Lho.." dalam hatiku. Tanganku dipegang olehnya dan kemudian dia merubah posisinya menjadi agak tiduran.
Kemudian dia berbicara, "Hans, Dea aja yach yang puasin kamu.."
"Lho kenapa?" aku bertanya keheranan.
"Lagi M (mens) nih sorry nih..."
Ya ampun kecele deh gue. Sambil tersenyum aku mengangguk.
"Ya udah ngak apa-apa kok, lain kali aja yach Hans puasin kamu."
Dia mengangguk. Lalu dia melanjutkan memainkan lidahnya. Tapi batang kemaluanku... ya ampun... rupanya tidak bisa menerima kenyataan ini.
"Lho Hans, kenapa?" tanya Dea.
"Marah nih si junior," kataku sambil tersenyum, dan Dea pun tersenyum sampai akhirnya kami berciuman dan tidur bersama menghabiskan malam itu dengan penuh kejutan-kejutan yang yang membuat kami saling tersenyum. Tentu saja hatiku sedikit dongkol. Ya gimana nggak dongkol, udah diujung tapi doi lagi palang merah, pusing.. pusing..!

Setelah peristiwa malam itu aku sering mengantar Dea pulang walaupun harus bela-belain berangkat dari tempat kost-ku. Sampai tiba saat yang dinantikan yaitu ketika dia ada waktu dan mau main ke tempat kost-ku. Kejadian sama seperti yang lalu. Kali ini Dea tampil lebih sexy dengan kemeja dan span. Setelah sampai di tempat kost-ku, aku langsung memeluknya dari belakang dan menciumi leher dan belakang telinganya. Sambil tetap memeluk dia aku bertanya, "Lagi M (mens) nggak Non?" tanyaku.
"Nggak..." jawabnya mesra.

Kemudian dia berbalik dan bibir kami pun beradu dan saling memainkan lidah kami. "Mmmh... sss.. mmhh.." sambil terus kami berkuluman lidah, tanganku mulai membuka kancing kemeja yang dia pakai dan tanganku pun langsung membuka pengait BH-nya. Dan menjulanglah buah dadanya. Sambil meremas-remas aku mengarahkan bibirku di puting payudaranya. Langsung aku mengulum puting payudaranya. Terkadang aku memainkan dengan jariku sehingga dia agak menggeliat-geliat. Sampai akhirnya kupapah dia ke kasur. Lalu aku membuka baju dan celanaku sehingga yang tersisa hanya celana dalam saja. Tentu saja si junior sudah ngecap di situ sampai nongol segala, seperti lagi ngintip.

Kemudian dia pun membuka kemejanya dan rok spannya. Setelah dia membuka kemejanya aku langsung menjilati sekujur tubuhnya. "Mmmh.. sshh.. ahh.." Dea mendesah sambil terus aku memainkan lidahku. Aku kemudian membuka celana dalam Dea karena yang tertinggal hanyalah itu. Kemudian aku melihat kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu kecil. Terkesan sensual sekali memang. Kemudian aku merubah posisiku agar aku dapat juga melihat lebih jelas, kalau perlu menjilati kemaluannya. Aku mencoba untuk mengangkangkan kedua kakinya. Alamak... mungil sekali daging yang berwarna pink pucat itu. Kemudian tanpa aba-aba lagi langsung aku melabrak benda kecil itu. Aku menjilatinya sampai di sela-sela klitorisnya. Dia pun tidak kuasa menahan kenikmatan yang tiada tara tersebut. Aku terus memainkannya sambil menjilati cairan-cairan pelumas yang sudah membanjir sejak tadi. "Hans, eh ya udah dong, Dea udah becek banget nih," bisiknya sambil dia memutar tubuhnya untuk mendapatkan batang kemaluanku. Melihat itu aku langsung saja mengakhiri acara menjilati kemaluannya. Aku membiarkan dia menjilati seluruh tubuhku. Tentunya dengan rangsangan yang sangat hebat yang sedang menerpa dirinya. "Mmmhh... sshhh..." dia mulai memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. "Sshhh.. ahhh.. mmhhh.." aku menaikkan sedikit pantatku sehingga batang kemaluanku agak masuk ke dalam mulutnya. "Aaahh... ssshh.." dia pun mengocok batang kemaluanku dangan menggunakan mulutnya. Bernafsu sekali. "Mmmpp.. mmpppp... mmmhhh.." sambil memainkan jariku di kemaluannya, ia mendesah kembali. "Ahhh... ssshh..."

"Oh Hans, masukin yach... Dea udah nggak tahan nih."
Aku melihat dirinya seperti hampir dilanda gelombang orgasme yang hebat. Akhirnya dia pun menuntun batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya (saat itu posisiku di bawah). "Blesss..." Karena dia sudah basah sekali, aku pun merasakan licinnya batang kemaluanku ketika mulai menembus liang kewanitaannya. "Ahhh... sshhh... kamu hebat Hans." Aku diam saja sambil mengimbangi goyangannya. "Ssshh.. ahhh.. ssshh.. Hans aku keluar." Benar aku merasakan batang kemaluanku hangat di dalam liang senggamanya. Kemudian dia lemas. Aku menyuruh dia untuk posisi di bawah. Akhirnya aku menghujamkan lagi batang kemaluanku ke dalam liang kewanitaannya. "Eeeaahhh..." aku menggoyangkan pantatku naik-turun dengan kakinya yang kukangkangkan. Aku merasakan dia akan orgasme lagi. Sambil menggigit bibir bawahnya dia menatapku penuh harap supaya aku memuncratkan cairan kejantananku. "Ssshh.. aahhh... sabar yach Dea," aku terengah-engah, "Sebentar lagi.." Aku menggoyangkan pantatku secara cepat dan akhirnya... "Ssshhh.. ahhh.. uuhhh.." Aku menekan batang kemaluanku di liang kewanitaannya. "Aaahh.." aku langsung mencium keningnya dan dia memelukku sambil berucap kecil, "Aku sayang kamu Hans, kamu hebat." Aku hanya diam saat itu.

Akhirnya kami pun melakukannya setiap ada kesempatan. Sampai pada akhirnya dia tidak bekerja lagi di Coxxx, dan aku pun tidak tahu lagi keberadaannya. Aku sudah mencoba bertanya kepada teman-temannya yang ada. Mereka hanya bilang, Dea ada masalah keluarga. Harus pulang mendadak. Sampai saat ini pun aku tidak pernah bertemu Dea lagi, kemana aku harus mencari. Aku tidak tahu lagi. Aku coba telepon tempatnya. Ya katanya sama, sudah pulang kampung.

Akhirnya ini hanya menjadi kenangan di mana aku selalu teringat dengan Dea jika sedang melewati tempat main bilyard Coxxx. Sekarang aku sudah berkeluarga. Biarlah ini menjadi kenangan yang tidak akan pernah kulupakan, karena dengan sedikit kegigihan aku berhasil mendapatkan seorang Dea yang ternyata dia adalah seorang wasit primadona dan diperebutkan oleh laki-laki lain bak sebuah kompetisi.

Judi Online | Bandar Bola Terpercaya | Sabung Ayam Online | Poker Online | Slot game Online 

Nikmatnya Seks Didalam Mobil


TTWIN168 - Nama saya Agus, umur 22 tahun. Cerita ini bermula dari chatting. Suatu malam karena saya merasa suntuk dan bosan, lalu saya hidupkan komputer dan mulai chatting. Iseng-iseng saya klik sebuah nama dan kami mulai pengenalan diri masing-masing. Singkat kata kami janjian ketemu di suatu tempat, dan dia bilang dia memakai pakaian putih dan bawahnya jeans. Besoknya kami ketemu dan ternyata itu teman ibu saya. Gila! langsung saja saya maunya menghindar tapi keburu dia menyapa duluan, ya sudah terpaksa deh dengan muka tebal dan sedikit merah menyapa balik. Namanya Tante D (34), orangnya cantik, tubuhnya seksi (karena setiap saya mengantar ibu saya senam, dia selalu ada di sana) buah dadanya besar, kulitnya mulus putih, pokoknya seksi habis. Saya saja waktu melihat dia pertama kali waktu dia memakai baju senam, "adik" saya langsung bangun tidak karuan kerasnya. Apalagi sekarang berhadapan langsung sama orangnya, wah... pokoknya tidak bisa dibayangkan deh.

Terus, dia menanyakan ibu saya,
"Mama kamu kok tidak pernah Tante liat lagi di senam, Gus?"
"Eh... iya Tan, belakangan ini mama saya lagi sakit," jawab saya sambil sedikit senyum.
"Ooo..." jawab Tante D.
Tiba-tiba dia menyeletuk lagi,
"Kamu suka chatting di room #**** (edited) juga yah Gus...? padahal itu room khan khusus buat tante-tante," belum sempet saya menjawab, dia nyeletuk lagi,
"Kamu suka sama tante-tante yah Gus..?"
Tiba-tiba saja muka saya jadi merah dan rasanya mulut susah dibuka, tapi setelah menghela nafas, saya memberanikan diri,
"Iya Tan.., abis yang tua khan lebih pengalaman," kata saya sambil tersenyum.
"Kamu bandel juga Gus..!" kata Tante D sambil tersenyum genit.

Karena di sana terlalu ramai, jadi saya diajak dia jalan-jalan pakai mobil saya (kalau pakai mobilnya dia takut ketahuan suaminya). Di jalan kami sempat ngobrol berbagai macam hal dari sekolah sampai kerjaan sambil nonton TV di mobil. Tante D ingin merubah channel TV, tapi dia salah tekan tombol. Yang ketekan malah tombol AV dan langsung saja muncul "BF" yang kemarin lupa mencabutnya dari changer (biasanya kalau lagi sama pacar saya, sering memutar blue film di mobil). Langsung saja mata Tante D setengah melotot melihat adegan "syur" yang ada di film itu (tapi saya malahan suka dengan kejadian yang tidak disengaja ini hehehe... jadi tidak susah-susah merayu Tante D lagi). Tapi saya pura-pura sopan saja, langsung saya matikan TV-nya, tapi tiba-tiba Tante D memegang tangan kiri saya dan bilang, "Gus, kenapa kamu matikan? itu khan bagus buat pengetahuan seks!" Ya sudah tanpa basa-basi langsung saya hidupkan lagi.

Setelah beberapa menit kemudian saya lihat Tante D agak gelisah lalu saya pura-pura tanya saja,
"Tante kenapa gelisah?"
"Eh.. hmmm... tidak kok Gus.." mukanya kelihatan merah dan bicaranya sedikit tersendat-sendat.
"Gus... kamu pernah ngelakuin yang kayak di film itu tidak?" tanya Tante D sambil menghela nafasnya yang sedikit tidak teratur.
"Belum tuh Tan... kenapa?"
Saya tahu maksudnya tapi saya pura-pura tidak tahu saja.
"Pengen tidak kamu ngerasain yang kayak di film itu Gus..?"
Wah... ini kesempatan bagus nih, jangan disia-siakan! Langsung saja saya jawab, tapi dengan nada polos biar tidak kelihatan seperti orang lagi kepingin, (dia khan teman ibu saya, jadi saya mesti extra hati-hati jawab pertanyaan dia!).
"Hmmm.. mau Tante, emang Tante mau ajarin saya?" jawab saya dengan polosnya.
Terus dia jawab, "Mau dong Gus... khan daun muda kayak kamu mainnya pasti kuat."

Langsung saja dada saya jadi berdebar kencang, dan pikiran-pikiran kotor langsung mendarat di otak saya (busyet... ini tante sepertinya hyperseks deh). Tiba-tiba "adik" saya yang tadinya tidur pulas kini sudah bangun dan berdiri kencang sehingga tampak celana saya ada gundukannya. Tante D tersenyum melihat ke arah celana saya, "Gus... segitu saja kamu sudah nafsu, sini Tante liat, 'adik' kamu cakep apa tidak sih...?" Langsung saja dia mengelus-elus dan membuka resleting celana saya, sementara saya hanya bisa diam saja dan lebih konsentrasi ke depan. "Gus... 'adik' kamu kuat yah... otot-ototnya keluar, 'adik' kamu sering ikut fitnes dimana Gus?" tanya dia sambil bercanda dan saya hanya bisa diam dan tersenyum. Tiba-tiba rasa hangat menyelimuti kepala kemaluan saya, dan sedikit demi sedikit rasa hangat itu menjalar ke bawah menuju batang kemaluan saya. Sekilas saya lihat Tante D sedang asyik mengulum kemaluan saya yang keras dan besar itu, saya merasa melayang dibuatnya dan sesekali saya kehilangan kendali atas mobil saya. "Gus.. punya kamu gede juga yah... Tante suka Gus... hmmm... uhhmm..." Saya semakin kehilangan kendali, cepat-cepat saja saya pinggirkan mobil dan kebetulan tempat itu jarang dilalui orang dan agak gelap.

Setelah mobil berhenti, saya langsung membuka baju kaos Tante D dan kebetulan tidak memakai bra. Kemudian saya remas payudaranya yang besar dan empuk, dan tangan kanan saya memegang kepala Tante D sambil sesekali menekan ke bawah, "Tante... enak.. hhhsss... terusin Tan... lebih dalem lagi..." permainan mulut Tenta D semakin mengganas sehingga menimbulkan suara yang menambah birahi, "Cproot... cproott..." dan tiba-tiba dia menghentikan permainannya itu dan... "Gus... sekarang giliran kamu muasin Tante.. hmmm..." Sambil mengatur nafas dia pindah ke kursi belakang, langsung saja saya ikut pindah ke belakang dan segera membuka celana jeans-nya (ternyata dia tidak memakai CD, mungkin dia sudah rencanakan hal ini sebelumnya) dengan posisi duduk menghadap ke samping dan mengangkangkan kakinya ke atas, lalu saya mainkan klitorisnya sambil satu tangan meremas-remas buah dadanya dan satunya lagi memegangi pahanya yang kiri. Tante D menggelinjang-gelinjang keenakan dan ketika lidah saya masukkan ke dalam lubang kemaluannya, dia menekan kepala saya lebih masuk lagi sambil berkata, "Hhmm... enak sayang, lebih masuk lagi.. oohhmm..." 'Adik' saya sudah tidak tahan lagi dan langsung saja saya rubah posisi satu kaki di kursi yang satunya lagi di bawah, dan saya tuntun kemaluan saya memasuki lubang kenikmatan itu. "Bless..." karena lubang itu sudah dipenuhi oleh ludah saya jadi agak sedikit gampang memasukkan setengah dari kejantannan saya, baru sepertiga kejantanan saya masuk. Tante D sudah mengerang kesakitan bercampur nikmat, "Hhmm... ooohhh... Gus punya kamu tidak muat di Tante yah... pelan-pelan Gus..." Sedikit demi sedikit saya masukkan dan berkat pelumas yang dikeluarkan Tante D akhirnya semuanya amblas masuk. Jeritan dia semakin menjadi-jadi ketika saya sodokkan lebih cepat dan cepat.

Sambil memainkan buah dadanya yang mungkin 36B, gerakkan saya semakin mengganas dan tentu saja Tante D yang sudah berpengalaman itu membalasnya dengan goyangan yang erotis. Tiba-tiba tubuh Tante D menjadi kaku dan memperlambat gerakannya, dia pegangi pantat saya sambil menggerakkan ke dalam, dan ternyata Tante D mencapai puncak nikmatnya, "Oohhh... oohhh... Gus... hmmm..." Karena saya belum mencapai puncak, jadi saya suruh Tante D merubah posisi jadi menungging, dan dia menurut saja, timbullah ide gila yang selama ini didamba-dambakan yaitu memasuki di lubang duburnya. Tanpa basa-basi langsung saja saya tancapkan berawal kepalanya dulu, tiba-tiba dia kaget, "Gus... kamu mau masukin lubang dubur Tante yah!" Tanpa menghiraukan kata dia, saya langsung masukkan jari saya ke dalam lubang kemaluannya yang dibasahi oleh maninya. Ketika saya keluarkan jari saya, tampak mani yang kental membasahi jari saya dan langsung saya masuki ke lubang kemaluan Tante D dan dan dia mengerang pasrah, setelang lubang itu agak membesar dan dipenuhi mani sebagai pelicin saya kembali lagi mencoba menerobos masuk dan akhirnya berhasil.


Tante D kembali mengerang, "Acchh... ooacchhh..." Kembali saya menghujam dengan penuh nafsu sambil memainkan puting susunya yang keras, saya mengerang keenakan seakan-akan kemaluan saya ada yang menyedot dan menggenggam erat dari dalam, "Acchhh... achhh... enak Tan...?" tanya saya. "Enak sayang... occchh.. terusin saja..." dan sampailah pada akhirnya dari dalam saya merasakan ada yang mau menerobos keluar, dan langsung saja saya cabut dan arahkan kemaluan saya ke mulut Tante D, dia membalikkan tubuhnya dan mulai mengocok dan sesekali menjilatnya,
"Cproot... cproot..."
"Cepetan dong keluarnya sayang!"
"Cproot... cproot.."
"Oocchhh... sedikit lagi Tante.. hhuuu.. aghhhhh..."
Dan akhirnya puncak kenikmatan datang dan menyembur masuk ke mulut Tante D lalu saya dorong masuk ke dalam mulut Tante D. Dia dengan lahapnya menghisap kepala kemaluan saya dan sesekali mengeluarkan mani saya. Akhirnya kami berdua berpelukan sambil saling pagutan dan lidah Tante D terasa sedikit asin akibat air mani saya.

Kami beristirahat sejenak dan sambil membenahi pakaian masing-masing dan kami pindah ke kursi depan. Tante D mendekati telinga saya dan berbisik dengen lembut, "Gus... besok-besok kalau keluar sama Tante kamu bawa tissue yah, biar tidak mulut tante buat bersihin 'adik' kamu," dalam hati saya tertawa (hehehe... bisa juga tante ini bercanda, padahal sedang capai-capainya). "Iya Tante, tapi Tante harus pake CD juga buat bersihin 'goa' Tante yang nikmat itu biar tidak pake lidah saya," balas saya. "Bisa saja kamu Gus..." dia tersenyum lalu mencubiti saya. Karena sudah jam sebelas malem jadi kami kembali ke tempat Tante D parkir mobilnya dan kami pisah di parkir itu.


Nikmatinya Berselingkuh Dengan Adik Iparku


TTWIN168 - Aku terbangun saat merasakan ada tangan yang menggerayangiku. Aku melihat Dimas berjongkok di samping tempat tidur ku dengan sebelah tangan disusupkan ke bawah baju tidur ku yg tipis dan sebelahnya lagi hilang dalam celana boxernya. Terkejut bukan main, kutepiskan tangannya. Di sampingku, tampak suamiku tidur membelakangi aku. Setengah berbisik aku marah pada Dimas.

"Jangan gila, Dim. Kalo ketahuan abangmu, aku bisa jadi janda beneran"
Tapi yang kulihat Dimas hanya senyum² saja, malah sekarang tangannya mulai meraba² pahaku.

Aku memang 'selingkuh' dengan adik iparku. Tapi hanya sebatas pada permainan seks. Aku tak pernah punya perasaan padanya. Tapi aku tidak bisa menolak tongkat ajaib dibalik boxernya. Nikmatnya lain dari kepunyaan suamiku. Mungkin bagi sebagian sobat mania cerita dewasa nafsu birahi, sudah membaca bagaimana pertama kali aku 'selingkuh' dengan adik iparku.

Biasanya aku bercinta dengan Dimas saat Hermawan , suamiku, tidak ada. Tapi kali ini Dimas benar² gila. Tengah malam begini dia masuk ke kamarku dan menggerayangi aku yang sedang tidur di samping suamiku. Aku juga heran bagaimana Dimas bisa masuk karena biasanya aku selalu mengunci pintu kamar saat akan tidur. Ini kulakukan karna aku malas berpakaian setelah bercinta dengan Hermawan dan Hermawan pun tahu  sifatku. Dia selalu membiarkanku tidur telanjang. Malam ini, setelah adu mulut dengan suamiku, acara bercinta pun terkorbankan. Masalah sepele akhirnya membuatnya tidur membelakangiku. Aku yang merasa tidak bersalah jg tak mau kalah. Aku tidak akan minta maaf.

Entah berapa lama aku tidur sampai aku terbangun saat Dimas menggerayangi tubuhku. Sedikit memaksa, aku menariknya keluar dari kamar. Aku meninggalkannya di luar kamar dan berbalik masuk tanpa suara. Takut Hermawan terbangun. Pintu kamar kukunci dan aku mengeceknya sampai ² kali, kemudian aku kembali berbaring di samping Hermawan. Mencoba U/ tidur lagi ternyata tidak gampang. Rasanya sentuhan tangan Dimas tak mau lepas dari pikiranku. Jelas² membuatku horny, apalagi kalau membayangkan sesuatu dibalik boxer ketatnya itu. Ahh.. Aku terangsang. Tapi aku gengsi kalau harus minta ke Hermawan . Nekat karna sudah terangsang, pelan² sekali aku bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamarku. Lalu aku masuk ke kamar Dimas yang letaknya persis di sebelah kamarku. Dimas tersenyum nakal padaku.

"Akhirnya............"
Sengaja digantung kata²nya.
"Kok nekat gitu sih tadi? Gimana caranya Dim masuk? Perasaan tadi aku mengunci pintu kamar kok."
"Ada deh.."
"Jawab dulu."
"Oh.. Jadi Yuniar kesini cuman buat tanya² toh? Kirain buat ini.." sambil mengelus² penisnya.
Jujur saja, aku lebih memilih untuk tidak perlu tahu alasannya mengapa masuk ke kamarku daripada harus kehilangan momen bercinta dengan Dimas. Toh, Hermawan jg tidak tahu Dimas masuk ke kamar kami.

"Kok bengong sih?"
Memang aku belum sempat menjawab apa². Aku naik ke tempat tidur Dimas dan mengelus Kontol nya yang sudah tegak dan keras.
"Memang untuk ini, tapi kalo bonus jawaban dari pertanyaanku tadi, lebih bagus lagi."
Dimas tertawa lumayan keras. Tanpa pikir panjang aku bungkam mulutnya dengan bibirku. Bisa gawat kalo Hermawan bangun. Dimas memang kurang jago bermain lidah, tapi kekurangannya itu tertutupi dengan pusaka miliknya yang lebih besar dan panjang dari kepunyaan Hermawan . Sambil berciuman tangan Dimas sudah menyusup ke balik baju tidurku. Payudara ku diremas² dengan penuh nafsu. Aku juga beraksi, tanganku langsung masuk ke celana boxernya dan menggenggam Kontol nya yang besar dan hangat. Pelan² aku mengocoknya. Tiba² Dimas melepas ciumannya. Aku pikir dia akan mempelorotkan boxernya dan menyuruhku meng-oralnya. Tapi ternyata aku salah.

"Yuk, pindah ke kamarmu. Hermawan pasti udah nunggu"
Aku terrbengong. Masi dalam keadaan bingung, Dimas menarik tanganku keluar dari kamarnya dan masuk ke kamarku. Dan benar, Hermawan sudah bangun dan duduk di tepi ranjang. Aku speechless. Dimas mengunci pintu kamar dan membimbingku ke tempat tidur, sementara Hermawan hanya melihat. Tidak ada sorot marah atau kecewa dari matanya. Ini yang membuatku semakin bingung. Aku hanya bisa menurut, ditarik bahkan saat Dimas membaringkan aku di tempat tidur. Lalu Dimas melepas baju tidurku dengan tenang. Aku melihat ke arah Hermawan , tapi Hermawan masi tenang² saja. Aku bisa gila dibuat keadaan ini. Nampaknya Hermawan memang sudah tahu kalo aku dan Dimas sudah pernah bercinta. Pikiranku masi melayang² saat Dimas memainkan lidahnya di Memek ku. Terkejut dan berusaha bangkit, ternyata Hermawan  buka suara.

"Yuniar tiduran aja."
Hah? Tak salah dengar? Hermawan menyuruhku tiduran dan membiarkan lidah Dimas menjilati Memek ku. Lalu Hermawan yang membaringkan aku karena aku tidak bergerak sama sekali saat Hermawan menyuruhku tiduran.
"Lanjutkan kerjaanmu, Dim" kata Hermawan.

Lalu Hermawan mencium bibirku. Sementara bibir di pangkal pahaku dijilat dan dihisap² oleh Dimas. Ternyata abang beradik ini mengerjaiku. Rasa penasaranku hilang ditelan kenikmatan yang aku rasakan. Hermawan melepas ciumannya dan membiarkan mendesah². Dimas masi menjilati Memek ku yang makin basah. Air liurnya bercampur dengan cairan pelumasku. Kini Hermawan duduk di tepi ranjang memperhatikan aku dan Dimas.


Aku yang sudah terangsang hebat menggesek²kan jariku ke ujung toket gede ku yang keras. Dimas berdiri dan melepas boxernya. Nampak Kontol nya yang panjang dan besar berdiri tegak. Pelan² Dimas memasukkan Kontol nya ke Memek ku. Aku merasakan sensasi kenikmatan baru. Rasa aneh tapi enak sekali saat Dimas mendorong masuk Kontol nya disaksikan oleh Hermawan suamiku.

Dimas mulai bekerja, mengoyang pantatnya maju mundur. Kontolnya menggaruk² dinding Memek ku. Hanya ada satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaan ini : Nikmat!!!! Aku mulai berani beraksi. Menggoyangkan pinggulku seirama goyangan Dimas. Tak lama Dimas mencabut Kontol nya, dan berganti ke posisi Doggy Style. Posisi ini yang paling disukai Dimas. Aku menikmati setiap goyangan Dimas. Diam² aku melirik Hermawan . Hermawan ternyata juga terangsang. Kontol nya dikeluarkan dari celananya dan dikocok. Tusukan Kontol Dimas makin kuat makin liar. Aku juga hampir mencapai orgasme. Dimas makin menggila, menggoyang Kontol nya makin cepat. Pahanya dan pantatku yang beradu juga menimbulkan bunyi.  Aku orgasme menerima rangsangan begitu nikamat dari Kontol Dimas, sementara Dimas masi berusaha mencapai kenikmatannya. Hermawan juga mengocok makin cepat melihat acara live yang disuguhkan aku dan adiknya. Tiba² Dimas mencabut Kontol nya dan menembakkan spermanya ke punggungku. Setelah isi Kontol nya dikeluarkan semua, aku berbalik dan mengulum Kontol nya. Membersihkan sisa² sperma di ujung kepala Kontol nya. Tiba² Hermawan memelukku dari belakang.

"Giliranku, sayang"
Lalu aku berbaring dan membuka kakiku lebar² utk jalan masuk Kontol Hermawan . Dimas sekarang sudah memakai kembali boxernya dan mendekatiku. Bersamaan dengan masuknya Kontol Hermawan ke Memek ku, Dimas mendaratkan bibirnya ke toket ku. Aku digenjot suamiku dan payudaraku disedot adik iparku. Aku hanya bisa mendesah nikmat. Hermawan yang sedari dari sudah mengocok Kontol nya tidak butuh waktu yang lam utk mencapai titik nikmatnya. Hermawan menyemprotkan spermanya ke dalam Memek ku lalu mencabut Kontol nya dan lanjut meng-oralku karna dia tahu aku belum sempar orgasme dengannya. Hermawan memang lebih lihai memainkan lidahnya dibandingkan Dimas. Hermawan menjilat² dan menyedot² Memek ku sampai akhirnya aku orgasme. Kelelahan digarap abang beradik ini aku tertidur pulas tak berapa lama setelah permainan panas ini usai.

Keesokan paginya aku baru mendapat jawaban dari rasa penasaranku. Ternyata Hermawan yang meminta Dimas memberiku kenikmatan. Hermawan yang membuka pintu utk Dimas dan ternyata saat dinas beberapa waktu yang lalu, saat pertama kali aku bercinta dengan Dimas, itu juga atas permintaan Hermawan . Hermawan tahu aku tipe hypersex dan takkan tahan ditinggal tanpa sex. Maka Hermawan 'menugaskan' Dimas utk menggantikan posisinya saat dia dinas keluar kota.


Kudapatkan Seks Dari Wanita Cantik Dan Semok


TTWIN168 - Aku, Shandy, adalah seorang supir dari boss pemilik berbagai perusahaan real estate di Jakarta, Malam itu, Pak Alvin boss ku, mengizinkan aku membawa kendaraannya pulang karena hujan yang cukup deras dari sore dan hari sudah semakin larut. Ditambah aku memang orang kepercayaan Pak Alvin.

Selesai ku antarkan Pak Alvin yang setengah mabuk karena bersenang-senang di klub malam, ku pacu kendaraan dengan kecepatan sedang menuju tol dari arah Pondok Indah. Waktu sudah menunjukan pukul 02:30 pagi, jalan begitu sepi karena malam dan hujan yang tak kunjung berhenti.

“Besok Jakarta pasti banjir nih, hujan seharian gini…” gumamku dalam hati.

Sekitar 100 meter setelah melewati Pondok Indah Plaza, aku melihat sebuah sedan menepi dengan kap mesin yang terbuka. Aku pun tanpa pikir panjang segera berhenti di belakang mobil tersebut, berniat untuk membantu. “Mana mungkin ada orang jahat pura-pura minta tolong jam segini ditengah hujan deras, dengan mobil yang lebih mahal dari mobil yang ku bawa malah…” Pikirku dalam hati.

Segera ku ambil payung di bagian belakang mobil, dan menghampiri si pemilik mobil yang sedang berdiri sambil memegangi payung di depan kap mobil tersebut.

“Kenapa mobilnya, pak? Ada yang bisa saya bantu?” Tanyaku ramah sambil mengerenyitkan dahi, cahaya yang redup dan hujan yang cukup deras, membuatku kesulitan melihat si pemilik mobil yang sedikit tertutup payung.

“Ini, Mas. Mogok, gak tau kenapa…” Jawabnya pelan. Aku pun kaget karena ternyata ia seorang perempuan, dari suaranya terdengar belum terlalu tua. Mungkin sekitar 30 tahunan.

“Oh, maaf mbak gak liat, kirain cowok, hehehe…” Balasku untuk memecah kekakuan. “Coba sebentar saya liat, kebetulan saya ngerti mesin kok…”

Wanita tersebut memersilahkan aku untuk menangani mobilnya. Aku pun sibuk memerhatikan dan mencari tahu masalah sampai mobil tersebut tidak mau menyala.

“Kenapa tidak telepon asuransi atau tukang derek aja, mbak?” Kataku sambil tetap berfokus pada mesin mobilnya.

“Maunya sih gitu, tapi handphone saya mati semua, Mas. Batrenya abis…” Jawabnya memelas. Suaranya sudah parau, sepertinya ia baru saja menangis.

“Kalau saya cek sih, gak ada masalah apa-apa, mbak. Saya bingung juga kalau liatnya ditempat gelap dan hujan deras gini…” Jelasku singkat. “Saya pinjamkan handphone untuk menelpon asuransi atau tukang derek saja ya, mbak. Bagaimana?” Tawarku padanya. Ia hanya mengangguk pelan.

“Makasih ya, Mas…” Ujarnya saat ku berlalu menuju mobil untuk mengambil handphone ku.

“Ini Mbak…” Kataku sambil menyerahkan handphone bututku yang bahkan tidak memiliki kamera tersebut.

Wanita tersebut meraih ponselku dan mengambil sepucuk kartu nama dari dompetnya. Aku sedikit menjauhkan diri saat ia sedang menelpon setelah aku tutup kembali kap mesinnya.

Tidak lama kemudian, “Ini mass… Terima kasih banyak ya. Aku sudah menelpon tukang derek supaya mobilku bisa diangkut ke bengkel…”

“Iya, mbak sama-sama. Mbak mau pulang kemana emangnya?”

“Ke Pondok Labu, Mas…” Jawabnya singkat. Awalnya aku ingin menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, tapi langsung ku urungkan niat tersebut karena yakin ia akan menolak, mungkin ia takut akan ku perkosa.

“Saya temani disini ya mbak sampai tukang dereknya datang. Daripada sendirian, kalau ada orang jahat, bisa repot…” Tawarku.

“Gak usah repot-repot, mas. Sudah dipinjamkan handphone saja sudah cukup kok.”

“Gapapa kok, mbak. Saya juga bawa mobil, tau lah rasanya gimana kayak mbak gini.” Balasku tenang. “Ini, ini KTP saya, kalau-kalau mbak takut saya berbuat jahat, paling gak mbak tau identitas saya…” Ujarku sambil menyodorkan KTP dari dalam dompetku.

Ia pun tersenyum, “Tidak perlu, mas. Saya tau kok mas orang baik dan tidak ada niat jahat.”

“Ya sudah kalau begitu saya temani ya.”

Wanita tersebut pun mengangguk.

“Mbak lebih baik duduk di dalam mobil, daripada kebasahan kena hujan gini…” Saranku padanya. “Saya temani disini saja.”

“Ya enggak dong, mas. Masa saya di mobil, mas di luar.”

“Kalau begitu, tunggu di mobil saya saja mbak. Biar saya hidupkan mesinnya, jadi ada AC dan lampunya. Bagaimana?”

Ia pun menyetujui ideku.

Kami berdua pun masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi depan, dan aku duduk disampingnya di kursi pengemudi. Setelah lampu dalam mobil ku hidupkan, barulah ku bisa melihat dengan jelas wanita cantik yang sedang duduk disebelahku ini.

Tubuhnya cukup proporsional, dengan rambut hitam panjang sepunggung, celana jeans hitam ketat dan kaos putih yang ditutupi jaket coklat terlihat serasi dengan wajah manisnya. Hidung mancung, kulit putih dan bibir tipisnya menambah kecantikannya, apalagi saat ia sedang tersenyum.

“Mbak siapa namanya?” Tanyaku.

“Gisella, mas. Kalau mas?”

“Aku Shandy, mbak…”

“Gak usah pake mbak, Gisell aja mas..”

“Jangan pakai mas juga kalau gitu, Shandy saja…”

Ia pun tertawa kecil mendengar jawabanku.

“Kamu seperti habis menangis, kenapa sell?” Tanyaku.

Gisell terdiam sambil memandangi kaca depan mobil.

“Maaf kalau aku lancang, hanya bertanya…” Tambahku khawatir ia tersinggung dengan pertanyaanku barusan.

“Enggak kok, Shan. Aku capek aja, lagi banyak masalah, pas mau pulang eh mobil malah mogok. Bikin perasaan makin gak karuan…” Jelasnya.

“Banyak bersabar kalau gitu, mungkin emang lagi banyak cobaannya. Siapa tau besok malah banyak rejekinya.” Hiburku seadanya. Gisell pun sedikit tersenyum.

Obrolan pun mengalir, tanpa diminta Gisell pun menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. Orang tuanya sedang dalam proses bercerai, pacarnya pergi meninggalkannya karena ia terlalu sibuk bekerja dan mengurus masalah ke dua orang tuanya. Gisell sendiri seorang karyawan di perusahaan tambang yang kantornya terletak di bilangan Pondok Indah. Lulusan universitas jurusan hukum.

Tidak terasa, hampir satu jam kami ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya mobil derek datang. Gisell pun segera mengisi formulir yang diberikan, lalu masuk kembali ke dalam mobilku.

“Terima kasih banyak ya Shan sudah membantu…” Ucapnya begitu masuk ke dalam mobilku.

“Iya sama-sama, Sell. Aku antar ke rumah ya, gimana?”

“Kamu emang pulang kemana? Jangan deh, takut ngerepotin…”

“Enggak kok, kebetulan rumah ku di Cinere. Jadi searah kan sama rumahmu?”

“Oh ya? Iya deh kalau gitu, sekali lagi makasih ya. Udah ditolongin pinjem handphone, sekarang ditolongin sampe dianterin…”

“Udah, tenang aja…” Balasku.

Hari sudah semakin pagi, hujan sudah selesai berganti kabut tipis yang menutupi jalan. Tidak sampai setengah jam perjalanan, kami sudah mendekati tujuan.

“Rumah kamu dimana, Sell?” Tanyaku.

Gisell pun menunjukan arah ke rumahnya. Aku dengan teliti menyetir, selain karena mata yang sudah letih juga rasa kantuk yang semakin datang.

Tidak terlalu sulit mencari rumahnya karena terletak di pinggir jalan. Rumah besar yang mewah tersebut terlihat gelap tanpa cahaya sama sekali di dalamnya.

“Sepi banget, kamu tinggal sendiri?”

“Iya, sudah lama aku tinggal sendiri di sini. Orang tuaku tinggal di rumah yang di Kelapa Gading. Itu pun gak tau masih serumah atau udah pisah…” Jawabnya sedikit kesal.

Aku pun tidak berani untuk banyak bertanya.


Setelah pintu gerbang yang bisa dibuka otomatis dengan remote dari dalam tas Gisell terbuka, mobilku pun ku masukan lalu parkir di depan pintu masuk rumahnya.

Rumah bergaya minimalis, dua lantai dengan cat berwarna putih terlihat suram tanpa penghuni, kebun kecil di depannya pun kurang terawat karena banyak tanaman yang mati dan layu.

“Akhirnya sampai…” Ucapku sambil menarik rem mobilku.

“Iya nih. Shan, udah hampir pagi. Kamu gak mau tidur dulu aja di rumahku? Besok pagi baru pulang. Daripada kenapa-kenapa di jalan karena ngantuk…” Tanya Gisell.

“Enggak apa apa kok, udah biasa banget nyetir jam segini, namanya juga supir hehehe…” jawabku santai. Padahal dalam hati ingin sekali aku numpang tidur di rumahnya. Sayangnya aku merasa tidak enak hati untuk menerima tawarannya.

Namun berbeda dengan Gisell, ia memaksa diriku untuk menginap. “Anggap aja aku bayar utang budi karena kamu sudah membantu aku….” Begitu kata-katanya untuk membujukku.

Aku pun luluh dan menerima tawarannya.

Gisell memersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya. Aku merasa canggung masuk ke rumah wanita muda cantik yang baru ku kenal beberapa jam yang lalu di pinggir jalan. Namun Gisell terlihat santai dengan kehadiranku.

Gisell pun menawarkan beberapa pakaian dan celana pendek untuk ku gunakan tidur, beberapa milik Ayahnya yang ukurannya tidak jauh berbeda denganku. Gisell juga mengantarkanku ke kamar tamu yang bisa kugunakan untuk beristirahat sampai matahari terbit beberapa jam lagi.

Segera saja ku baringkan tubuhku yang aktif dari pagi kemarin. Pukul 4 pagi, ku lihat di jam dinding yang ada di atas jendela kamar. Ku coba memejamkan mataku.

Belum sempat terlelap, pintuku diketuk pelan.

Aku pun bangkit dari kasur, menuju pintu dan membukanya. Gisell berdiri di depan kamarku, mengenakan piyama tipis dengan rambut yang terikat.

“Aku gak bisa tidur…” Ucapnya manja.

“Yah, terus gimana? Mau aku temenin dulu?” Tanyaku setengah mengantuk. Gisell mengangguk sambil berjalan masuk ke dalam kamarku tanpa ku minta. Ya memang ini rumahnya, namun aku semakin canggung harus bagaimana bila ia masuk ke kamarku tanpa diminta.

Gisell pun duduk di pinggir kasurku sambil melihatku yang berjalan mendekat. Ia pun memberikan isyarat dengan lambaian tangan agar aku mendekat.

“Kenapa Sell?” Tanyaku yang masih berdiri di hadapannya.

“Aku mau kasih sesuatu…” Dengan cepat Gisell menarik turun celanaku. Aku kaget bukan kepalang.

Tangan Gisell langsung meraih penisku, dan memasukannya ke dalam mulut.

Rasa kantuk ku pun hilang, ingin ku tolak perlakuan Gisell namun aku terlanjur menikmatinya. Aku hanya bisa merintih keenakan saat lidah Gisell menyapu batang penisku dan memaksa penisku untuk berdiri tegak.

“Ahhh Selll, kamu ini ahhhh…” Rintihku sambil meremas rambutnya. Hisapan Gisell di penisku semakin kuat.

Lahap sekali Gisell menikmati penisku. Tidak ada sedikitpun bagian yang terlewat dari hisapan dan jilatan lidahnya. Memberikan sensasi kenikmatan tersendiri bagiku yang sudah lama tidak menyentuh wanita ini.

Setelah beberapa menit, Gisell melepaskan penisku dan berdiri menghadapku. Tanpa basa basi segera ku lumat bibir tipisnya yang sudah menggodaku dari awal bertemu. Lidah kami saling berpagutan, dera nafas Gisell semakin berat saat tanganku menelusup masuk ke dalam pakaiannya, berusaha mencari dan meremas payudaranya yang lembut dan kenyal.

“Uhhh, Shandy….” Desisnya saat ku arahkan kecupanku ke lehernya. Ku jilati tiap senti kulitnya yang putih dan halus tersebut. Tubuhnya bergetar,

keringat mulai keluar meski udara begitu dingin karena hujan dan pendingin ruangan. Tangannya bergantian meremas rambut dan mencengkram punggungku.

Ku dorong tubuh Gisell agar terbaring di kasur. Ku tarik celana panjangnya sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna hitam. Kakinya begitu jenjang dan indah, suka sekali aku menatapnya berlama-lama.

Ku usapkan tanganku dari betis hingga ke pahanya, mengirimkan rasa geli ke seluruh tubuhnya yang semakin menegang. Rintihan-rintihan kecil menghidupkan kamar yang biasanya sepi tersebut.

Perlahan ku tarik celana dalam Gisell, kali ini terpampang jelas vagina cantik dengan bulu kemaluan yang dicukur rapih dibagian atasnya. Bibir vaginanya sudah merekah basah, klitorisnya sedikit menyumbul keluar, tanda ia sudah tidak sabar untuk dinikmati olehku.

Ku dekatkan kepalaku ke arah vaginanya. Dengan kedua jari, ku buka bibir vaginanya dan ku sapu lembut dengan lidahku. Gisell menggelinjang, tangannya menarik seprei, rintihannya berubah menjadi teriakan menahan hasrat yang begitu menggairahkan.

“Arrrgghhhh, Shandyyyyy! Terus Shannnn!”

Aku pun tidak memedulikan teriakannya. Rumahnya yang besar, hujan deras yang kembali turun, sudah pasti tidak akan ada tetangga yang mendengar teriakan nikmat Gisell. Hal itu justru semakin meningkatkan gairahku untuk menyetubuhinya.

Kali ini ku masukan kedua jariku, perlahan ku mainkan lubang kenikmatan Gisell. Tentu saja ia semakin menggelinjang dan menikmati perlakuanku. Gisell pun tidak bisa menahan lagi, ia orgasme dan mengeluarkan cairan kenikmatan dari dalam vaginanya.

“Argghh ohhhhhhh, Shandyyy aku keluarrrrr…..” Teriaknya sambil menarik rambutku.

Ku biarkan cairannya yang berwarna putih bening mengalir keluar dari dalam vaginanya, lalu ku hisap dan ku jilat habis, hanya menyisakan kenikmatan disekujur tubuh Gisell.

Aku pun bangkit dan mendekap tubuhnya yang hangat. Gisel mengulurkan tangannya ke dalam saku piyamanya. Ternyata Gisell menyiapkan kondom untuk pertempurannya denganku. Tidak bisa kulihat jelas kondom berwarna hitam tersebut karena lampu kamar yang mati, hanya diterangi temaram lampu meja berwarna kuning.

“Sini, kupakein dulu…” Pinta Gisell, aku pun menggeser pinggulku agar penisku mendekat ke arahnya. Gisell memasangkan kondom di penisku, lalu ia mengubah posisi diatasku. Digenggamnya lembut penisku yang sudah tegang dari awal hisapan mulutnya tadi, diarahkannya ke lubang vaginanya yang masih merekah merah.

Aku hanya bisa menyaksikan sambil berusaha membuka kancing piyama Gisell satu persatu, lalu ku buka bra berwarna hitam yang menutupi payudaranya. Samar terlihat putingnya berwarna pink yang menegang kencang dan membesar.

Ku remas pelan payudaranya saat penisku merengsek masuk ke dalam vagina Gisell. Terasa hangat, licin dan kuat menghisap penisku. Begitu penisku masuk seluruhnya, Gisell mendiamkannya sesaat agar vaginanya terbiasa. Penisku memang terbilang besar dan panjang, Gisell pun merintih kecil saat mendapatkan itu di dalam vaginanya untuk pertama kali.

Selang beberapa detik, Gisell menggerakan pinggulnya ke depan dan belakang. Tangannya mencengkram perutku, kepalanya mengadah ke atas dengan mulut terbuka lebar seakan udara tak mampu mengisi otaknya yang saat ini sedang diburu nafsu birahi.

“Arrrgghhhh, enak banget sih kontol kamu, Shan. Suka bangetttt….” Desis Gisell ditengah goyangan pinggulnya.

Aku yang sibuk meremas payudaranya hanya bisa tersenyum sambil memilin kecil putingnya.

Gisell pun merubah goyangan pinggulnya, kali ini naik turun dengan frekuensi yang tidak terlalu cepat. Setiap hentakan yang mengantarkan penisku ke ujung vaginanya, menambah volume suara Gisell yang sedang dirundung nafsu.

“Arghhh, arghhhh ssssshhhhhhhh…..” Rintih Gisell.

Aku yang puas meremas payudara Gisell, memindahkan tanganku untuk meremas pantatnya yang kencang. Ku bantu mengangkat pantatnya agar genjotannya semakin cepat. Gisell mengerang kencang saat mencapai puncak kenikmatan yang kedua kalinya.

“Arrrghh, Shandyyyyyyy aku keluarrrr Shanddddd!!!” Crot crot crot. Vagina Gisell terasa menjepit penisku semakin kuat. Gisell ambruk diatas tubuhku. Aku pun mendekapnya dengan penuh kelembutan.

Perlahan aku bangkit masih dengan mendekap Gisell. Ku rubah posisi agar aku yang diatas tanpa mencabut penisku dari dalam vaginanya.

Ku genjot lagi vagina Gisell yang hangat, dengan tanganku yang meremas payudaranya gemas.

“Aarrgggh, Shannn. Kamu kuat banget sihhh….”

“Kamu juga kenapa enak banget sih?” balasku sambil mengusap perut dan pinggangnya. Gisell memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri.

Hampir lima menit aku berada di posisi tersebut. Gisell mencapai klimaks untuk yang ketiga kalinya. Sedangkan aku? Aku pun bingung kenapa penisku ini begitu kuat menggarap vagina Gisell. Mungkin karena kemolekan tubuhnya yang membuatku bersemangat, atau kondom yang diberikan Gisell mengandung cairan pelumas yang membuatku bisa kuat bertahan selama ini? Aku tidak tahu, dan tidak ingin memikirkannya, saat ini aku hanya ingin membuat Gisell lemas tak berdaya karena nikmat yang aku berikan.

Aku memberikan sedikit waktu untuk Gisell mengumpulkan nafas dan tenaganya setelah orgasmenya yang ketiga tersebut. Ku perhatikan sejenak wanita yang terbaring tanpa busana dibawah tubuhku ini. Entah mimpi apa aku semalam bisa menikmatinya, bahkan aku belum pernah memiliki pacar secantik Gisell. Ia sendiri wanita cantik, pintar dan kaya raya yang selevel dengan putri bossku. Bisa dibilang, ia termasuk wanita yang awalnya aku kira tidak akan pernah bisa aku tiduri.

Aku meminta Gisell untuk berdiri, ku tarik tangannya perlahan, mengarahkannya ke luar kamar. Aku menuju sofa di ruang TV rumahnya. Sofa empuk berbalut kulit coklat dengan ukuran yang cukup besar untuk permainan liar kita berdua.

Aku duduk dan mengisyaratkan Gisell untuk duduk di atasku. Kali ini posisinya memunggungi diriku. Aku begitu menyukai posisi tersebut karena bisa dengan leluasa meremas pantatnya dan menyaksikan bagaimana penisku terlahap vaginanya dengan rakus.

Dengan tenaga yang tersisa, Gisell menggenjot penisku sekali lagi. Tubuhnya terlihat sangat indah saat menyatu dengan tubuhku. Ringkuhan tubuh Gisell saat menahan kenikmatan membuatku gairahku tak kunjung padam.

“Shandyyyy, enak bangetttt. Kamu kok kuat bangettt… Ohhh ssshhhhh gak keluar keluar sshhhhhh dari tadiiii…” Racau Gisell.

Aku pun membiarkan Gisell mempermainkan penisku di dalam vaginanya. Terasa kedutan kencang di dalam vaginanya yang menambah kenikmatan di penisku.

“Urrghhh, Shannnn….” Desis Gisell.

Semakin lama, penisku terasa semakin sesak karena dorongan sperma yang sudah tidak sabar untuk keluar bebas. Ku pegangi pantat Gisell dan ku kendalikan genjotannya agar semakin cepat.

Hisapan kuat vaginanya membuatku tak kuasa menahan lebih lama.
“Aku mau keluar, Selll….” Ucapku berbisik pelan.

Dan benar saja, beberapa detik kemudian penisku memuntahkan sperma berkali-kali. Membuatku lemas tak berdaya saat itu juga.

“Arrggghhh, sellll!!!” Teriakku saat orgasme sambil menarik tubuhnya dan meremas payudaranya. Rupanya Gisell pun orgasme, empat kali ia mencapai puncak, ku yakin sudah tak berdaya lagi tubuhnya.

Gisell pun menjatuhkan dirinya ke sampingku. Ku lihat kondom yang menancap di penisku sedikit menggembung karena banyaknya sperma yang keluar. Dengan perlahan ku tarik kondom agar tidak ada cairan kenikmatanku yang tumpah.

“Kamu gila…” Bisik Gisell. Kepalanya menghadap ke jendela, matanya terpejam, namun kata-kata tersebut tidak bisa ia tahan untuk tidak diutarakan.

“Baru kali ini aku main selama ini, dan seenak ini. Ganti ganti gaya pula. OK banget lah kamu…” Puji Gisell lagi. Aku hanya menoleh sebentar dan tersenyum.

Ku angkat tubuh Gisell yang lemas tak berdaya itu ke kamar ku lagi. Ku baringkan dan ku selimuti, lalu aku ikut berbaring di sampingnya.

Hari sudah terang karena matahari yang terjaga dari tidur lelapnya. Kali ini giliran kami beristirahat sambil menikmati sisa sisa kenikmatan duniawi yang baru saja kami dapatkan bertubi-tubi.

Ku dekap tubuh Gisell, ku kecup lehernya dari belakang. Kami pun terlelap.

Judi Online | Bandar Bola Terpercaya | Sabung Ayam Online | Poker Online | Slot game Online 

Monday, January 27, 2020

Pengalaman Seks Bersama Tante Yossie


TTWIN168 - Ini yaitu satu pengalaman saya yang berlangsung sekitaran 1 th, yang kemarin, Ini yaitu pengalaman yang akan tidak sempat saya lupakan dengan Tante Yossie. Usia saya saat ini yaitu 23 th., saya (Donnie) barusan merampungkan kuliah saya di satu perguruan swasta yang populer di Jakarta.

Dahulu saat saya masih tetap duduk di bangku SMA, saya memiliki rekan bermain yang cukup akrab, namanya Jessy. Dia yaitu sahabat saya mulai sejak perjumpaan pertama kalinya saat masih tetap duduk di bangku SMP. Karna jalinan kami begitu dekat, jadi saya seringkali bermain ke tempat tinggalnya di lokasi Menteng.

Nyaris setiap minggu tentu saya bermain ke tempat tinggalnya, tak tahu untuk mengajaknya pergi atau cuma bermain di tempat tinggalnya saja. Karna jalinan kami yang dekat, jadi jalinan saya dengan keluarganya cukup dekat juga. Terlebih dengan Tante Yossie, yg tidak beda yaitu ibu kandung Jessy.
Butuh anda kenali, Tante Yossie menikah di usia yang begitu muda dengan Om Anwar. Tante Yossie melahirkan Jessy saat masih tetap berusia 18 th.. Terkecuali Jessy, Tante Yossie juga memiliki anak sekali lagi yakni George yang baru berusia 2 th. waktu itu. Memanglah ketidaksamaan umurnya dengan Jessy begitu jauh, apakah mungkin saja Tante Yossie memanglah menginginkan memiliki anak sekali lagi atau mungkin..?

Sehari-hari Tante Yossie cuma dirumah saja, sedang Om Anwar-nya yaitu seseorang karyawan perusahaan asing yang cukup berhasil. Selanjutnya saat baru memijak SMA th. ke-2 jalinan saya serta Jessy dan dengan keluarganya putus, saat nyatanya mereka sekeluarga mesti geser ke Jerman untuk ikuti Om Anwar yang memperoleh pekerjaan di Jerman.

Tetapi kira–kira satu tahun waktu lalu saya memperoleh berita kalau Jessy tengah berlibur ke Jakarta. Sudah pasti saya suka sekali karna dapat berjumpa rekan lama saya. Saat telah ada di Jakarta, Jessy menelepon saya serta dia menyuruh saya datang ke apartmentnya di lokasi Kuningan.

Serta pada akhirnya saya juga datang berjumpa dengan dia di apartmentnya. Saat datang saya begitu kaget, karna nyatanya Tante Yossie telah tinggal kembali di Jakarta. Tante Yossie nyatanya tidaklah terlalu kerasan dengan situasi di Jerman, kira–kira sesudah 1 th. di Jerman dia mengambil keputusan dengan George untuk kembali pada Jakarta. Sedang Om Anwar serta Jessy tetaplah tinggal disana. George saat ini telah sekolah pada suatu SD swasta populer di lokasi Lippo Karawaci.
Saat berjumpa dengan Jessy ataupun dengan anggota keluarganya yang beda, saya begitu suka sekali, karna telah lama sekali saya tidak bersua dengan mereka semuanya. Tetapi sesudah kira–kira 2 minggu ada di Jakarta untuk berlibur, pada akhirnya Jessy mesti kembali pada Jerman untuk melanjutkan studinya. Tetapi sesudah 1 minggu Jessy balik ke Jerman, tiba–tiba saya memperoleh telepon dari nomor HP yang umum digunakan Jessy saat dia ada di Jakarta, serta nyatanya sesudah saya ingat nomor itu yaitu nomor HP Tante Yossie.
“Don.. Tante nih, anda sekali lagi di mana? ” bertanya si Tante.
“Saya barusan habis makan siang tuch sama rekan saya Tante, ada apa memangnya? ” tanyaku kembali.

“Gini.. ada yang aneh sama TV dirumah Tante, anda dapat tolong kemari tidak? ” tanyanya.
“Yah.. dapat deh Tante, hanya kurang lebih 2 jam sekali lagi deh yah, ” jawab saya.
Pada akhirnya saya datang juga ke apartmentnya untuk membantunya. Setelah tiba di apartmentnya alangkah kagetnya saya, nyatanya Tante Yossie menggunakan pakaian yang begitu seksi. Yah, memanglah tubuhnya cukup seksi bagiku, karna meskipun telah mulai berusia, Tante Yossie masih tetap pernah melindungi badannya dengan lakukan senam “BL” satu minggu 3 kali. Badannya yang baik menurut saya memiliki tinggi sekitaran 168 cm, serta berat sekitaran 58 kg, ditambah ukuran payudaranya kira–kira 36B.

Saat saya mengecek TV-nya nyatanya memanglah ada yang rusak. Saat saya tengah berupaya mengeceknya tiba–tiba Tante Yossie melekat di belakang saya. Mula–mula saya tidak menyimpan berprasangka buruk sekalipun mungkin saja karna dia menginginkan tahu sisi mana yang rusak, tetapi lama–lama saya rasakan ada suatu hal yang melekat di punggung saya, yakni payudaranya yang montok. Sesudah TV sukses saya benarkan, kami berdua pada akhirnya duduk di ruangan keluarganya sembari melihat acara TV serta bicara mengenai berita saya.

“Don, anda masih tetap seperti yang dahulu saja yah? ” bertanya Tante Yossie.
“Agh.. Tante dapat saja deh, memang tidak ada bedanya sekalipun apa? ” jawabku.
“Iyah tuch.. masih tetap seperti yang dahulu saja, hanya saat ini tentunya telah dewasa dong.. ” tanyanya.

Lantas belum juga saya menjawab pertanyaannya yang satu itu, tiba–tiba tangan Tante Yossie telah memegang tangan saya duluan, serta sudah pasti saya kaget 1/2 mati.
“Don.. ingin kan tolongin Tante? ” bertanya si Tante dengan manja.
“Loh.. tolongin terlebih nih Tante? ” jawabku.

“Tolong memuaskan Tante, Tante kesepian nih.. ” jawab si Tante.
Astaga, begitu kagetnya saya mendengar kalimat itu keluar dari mulut Tante Yossie yang mempunyai rambut sebahu dengan warna rambut yang highlight, saya benar–benar tidak memikirkan bila ibu rekan dekatku sendiri yang memohon sesuai sama itu. Memanglah tidak sempat ada hasrat untuk “bercinta” dengan Tante Yossie ini, karna sampai kini saya berasumsi dia jadi seseorang ibu yang baik serta bertanggungjawab.


“Wah.. saya mesti memuaskan Tante dengan apa dong? ” tanyaku sembari bercanda.
“Yah.. anda fikir sendiri dong, kan anda telah dewasa kan.. ” jawabnya.
Lantas pada akhirnya saya terikut nafsu setan juga, serta awalilah membulatkan tekad untuk memeluknya serta kami mulai berciuman di ruangan keluarganya. Diawali dengan mencium bibirnya yang tidak tebal, serta tanganku mulai meremas–remas payudaranya yang masih tetap montok itu. Tante Yossie juga tidak ingin kalah, ia segera meremas–remas alat kelaminku dengan keras.
Mungkin saja karna sampai kini tak ada pria yang bisa memuaskan nafsu seksnya yang nyatanya begitu besar ini, terlebih sesudah kepulangannya dari Jerman. Pada akhirnya sesudah nyaris sepanjang 1/2 jam kami berdua bercumbu seperti diatas, Tante Yossie menarik saya ke kamar tidurnya.

Sesampainya di kamar tidurnya dia segera menanggalkan semuanya pakaian saya, pertama–tama dia melepas baju saya kancing perkancing sembari menciumi dada saya. Bukanlah main nafsunya si Tante, fikirku. Serta pada akhirnya sampailah di bagian celana. Begitu nafsunya dia menginginkan melepas celana Levi’s saya.

Serta pada akhirnya dia bisa lihat begitu tegangnya batang kemaluan saya. “Wah.. Don, gede juga nih miliki anda.. ” kata si Tante sembari bercanda. “Masa sich Tante.. perasaan biasa–biasa saja deh, ” jawabku.

Dalam kondisi saya berdiri serta Tante Yossie yang telah jongkok dimuka saya, dia segera turunkan celana dalam saya serta dengan cepatnya dia memasukkan batang kemaluan saya kedalam mulutnya.
Aghh, sangat nikmat rasa-rasanya. Karna baru pertama kesempatan ini saya rasakan oral sex. Sesudah dia senang lakukan oral dengan kemaluan saya, lalu saya mulai membulatkan tekad untuk bereaksi.

Saat ini ubahan saya yang menginginkan memuaskan si Tante. Saya buka pakaiannya serta lalu saya melepas celana panjangnya. Sesudah lihat kondisi si Tante dalam kondisi tanpa ada pakaian itu, tiba–tiba libido sex saya jadi makin besar. Saya segera menciumi payudaranya sembari meremas–remas, disamping itu Tante Yossie tampak sukanya bukanlah main. Lantas saya buka BH hitamnya, serta awalilah saya menggigit–gigit putingnya yang telah mengeras.
“Oghh.. saya merindukan situasi begini Don.. ” desahnya.

“Tante, saya belum juga sempat gituan loh, tolong ajarin saya yah? ” kataku.
Karna saya telah bernafsu sekali, pada akhirnya saya mendorong Tante jatuh ke ranjangnya. Serta lalu saya buka celana dalamnya yang berwarna hitam. Tampak terang klitorisnya telah memerah serta liang kemaluannya telah basah sekali diantara bulu–bulu halusnya.

Lantas saya mulai menjilat–jilat kemaluan si Tante dengan pelan–pelan. “Ogh.. Don, pandai sekali yah anda merangsang Tante.. ” dengan nada yang mendesah. “Wah.. natural tuch Tante, walau sebenarnya saya belum juga sempat hingga selama ini loh.. ” jawabku. Tidak merasa, tahu–tahu rambutku dijambaknya serta tiba–tiba badan tante mengejang serta saya rasakan ada cairan yang membanjiri kemaluannya, wah.. nyatanya dia orgasme! Memanglah berbau aneh sich, hanya berhubung telah dirundung nafsu, bau seperti apa pun pastinya telah tidak jadi problem.

Kemudian kami mengubah tempat jadi 69, tempat ini baru pertama kalinya saya rasakan, serta enaknya benar–benar mengagumkan. Mulut Tante menjilati kemaluan saya yang telah mulai basah serta begitu juga mulut saya yang menjilat-jilat liang kemaluannya. Sesudah kami senang lakukan oral sex, pada akhirnya Tante Yossie saat ini memohon saya untuk memasukan batang kemaluan saya kedalam lubang kemaluannya.

“Don.. ayoo dong, saat ini masukin yah, Tante telah tidak tahan nih, ” minta si Tante.
“Wah.. saya takut jika Tante hamil bagaimana.. ” tanyaku.
“Nggak usah takut deh, Tante minum obat kok, pokoknya anda tenang–tenang saja deh, ” sembari berupaya meyakinkanku.

Benar–benar nafsu setan telah memengaruhi saya, serta pada akhirnya saya nekad memasukan kemaluan saya kedalam lubang kemaluannya. Oghh, enaknya. Meskipun sakitnya juga lumayan. Sesudah pada akhirnya masuk, saya lakukan pergerakan maju-mundur dengan perlahan, karna masih tetap merasa sakit. “Ahh.. dorong selalu dong Don.. ” minta si Tante dengan nada yang telah mendesah sekali.

Mendengar desahannya saya jadi makin nafsu, serta saya mulai mendorong dengan kencang serta cepat meskipun rasa sakit juga merasa. Pada akhirnya saya mulai punya kebiasaan serta mulai mendorong secara cepat. Disamping itu tangan saya asik meremas–remas payudaranya, hingga tiba–tiba badan Tante Yossie mengejang kembali.

Astaga, nyatanya dia orgasme yang ke-2 kalinya. Serta lalu kami bertukar tempat, saya dibawah serta dia diatas saya. Tempat ini yaitu dambaan saya bila tengah bersenggama. Serta nyatanya tempat pilihan saya ini memanglah tidak salah, benar–benar saya rasakan kesenangan yang mengagumkan dengan tempat ini. Sembari rasakan pergerakan naik-turunnya pinggul si Tante, serta tangan saya tetaplah repot meremas payudaranya sekali lagi.

“Oh.. oh.. sangat nikmat Donniie..! ” teriak si Tante.
“Tante.. saya sepertinya telah ingin keluar nih.. ” kata saya.
“Sabar yah Don.. tunggulah sebentar sekali lagi dong, Tante juga telah ingin keluar sekali lagi nih.. ” jawab si Tante.

Pada akhirnya saya tidak kuat menahan sekali lagi, serta keluarlah cairan mani saya didalam liang kemaluan si Tante, demikian halnya dengan si Tante. “Arghh..! ” teriak si Tante Yossie. Tante Yossie lalu mencakar pundak saya sesaat saya memeluk tubuhnya dengan erat sekali. Benar-benar mengagumkan rasa-rasanya, otot–otot kemaluannya benar–benar meremas batang kemaluanku.
Kemudian kami berdua letih serta segera tidur saja diatas ranjangnya. Tanpa ada diakui sesudah 3 jam tertidur, saya pada akhirnya bangun. Saya menggunakan pakaian saya kembali serta menuju ke dapur.
Saat di dapur saya lihat Tante Yossie dalam kondisi telanjang, mungkin saja dia telah umum sesuai sama itu. Tak tahu mengapa, tiba–tiba saat ini giliran saya yang nafsu lihat pinggulnya dari belakang.

Tanpa ada bekata–kata, saya segera memeluk Tante Yossie dari belakang, serta mulai sekali lagi meremas–remas payudaranya serta pantatnya yang bahenol dan menciumi lehernya. Tante juga membalasnya dengan penuh nafsu juga. Tante segera menciumi bibir saya, serta memeluk saya dengan erat.

“Ih.. anda nyatanya nafsuan juga yah anaknya? ” kataya sembari tertawa kecil.
“Agh Tante dapat saja deh, ” jawabku sembari menciumi bibirnya kembali.
Karena sangat nafsunya, saya mengajak untuk lagi bersenggama dengan si Tante, serta si Tante beberapa sepakat saja. Tidak ada perintah dari Tante Yossie kesempatan ini saya segera buka celana serta pakaian saya kembali, hingga kami dalam kondisi telanjang kembali di dapurnya.
Karna kondisi tempat kurang nyaman, jadi kami cuma mengerjakannya dengan style doggie model. ”Um.. dorong lebih keras sekali lagi dong Don.. ” desahnya. Makin nafsu saja saya mendengar desahannya yang menurut saya begitu seksi. Jadi makin keras juga sodokanku pada si Tante, disamping itu tanganku menjamah semuanya sisi badannya yang bisa saya jangkau.
“Don.. mandi yuk? ” mintanya.

“Boleh deh Tante, berdua yah tapinya, selalu Tante mandiin saya yah? ” jawab saya.
Pada akhirnya kami berdua yang telanjang menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi saya mendudukkan Tante Yossie diatas wastafel, serta lalu saya kembali menciumi kemaluannya yang mulai basah kembali. Serta Tante mulai terangsang kembali.
“Hm.. sangat nikmat jilatanmu Don.. agghh.. ” desahnya.
“Don.. anda sering–sering kesini dong.. ” tuturnya dengan nafas memburu.
“Tante, jika tahu ada service begini mah saya setiap hari bila dapat pula ingin, ” jawabku sembari tersenyum.

Sesudah senang menjilatinya, saya memasukkan batang kemaluan saya kembali pada lubang kemaluan Tante Yossie. Kesempatan ini, dorongan saya telah makin kuat, karna rasa sakit saya telah mulai menyusut atau mungkin saya telah mulai punya kebiasaan yah? Jemu dengan style itu, saya duduk diatas kloset serta Tante Yossie saya dudukkan diatas saya, serta batang kemaluan saya kembali dibimbingnya masuk kedalam lubang kemaluannya.

Kesempatan ini saya telah mulai tidaklah terlalu rasakan sakit sekalipun, tetapi rasa nikmat semakin banyak merasa. Goyangan si Tante yang naik-turun yang semakin lama semakin cepat buat pada akhirnya saya “KO” kembali, saya keluarkan air mani kedalam lubang kemaluannya. Tante Yossie lalu menjilati kemaluan saya yang telah berlumuran dengan air mani, dihisapnya semuanya hingga bersih. Kemudian kami mandi dengan.

Sesudah usai mandi, Tante Yossie memasakkan makan malam buat kami berdua, serta kemudian saya pamitan untuk balik ke tempat tinggal. Sesudah kajadian itu saya baru tahu kalau kesepian seseorang Tante bisa membawa nikmat juga kadang–kadang. Hingga saat ini kami masih tetap seringkali berjumpa serta lakukan bersetubuhan. Kami umumnya lakukan di apartmetnya di saat anaknya George tengah sekolah atau les. Serta seringkali juga Tante mem-booking hotel berbintang serta kami berjumpa di kamar.

Nikmatnya Perawani Pembantuku Yang ABG


TTWIN168 - Aku seorang pedagang umur 35 tahun, istriku 32 tahun guru SMA, kisah ini terjadi dua tahun lalu, tepatnya satu bulan sebelum puasa. Aku mempunyai pembantu namnya Dian. orangnya cukup tinggi hampir setinggi aku yaitu kira-kira 165cm, semampai, badanya langsing dengan kedua tetek yang masih sekal dan mencuat dengan ukuran teteknya kira2 34. saya hanya kira-kira aja, karena belum pernah melihatnya.

Dina sudah bekerja di rumahku sejak empat tahun yang lalu, yaitu sejak anak kedua saya lahir. ia sangat sayang sama anak saya. istri saya pun percaya ama dia. karena istri saya bekerja maka semua urusan pengurusan rumah tangga diserahkan kepad si Dina. Dina ini hanya tamat SD sekarang umurnya sudah 17 tahun. lagi segarnya memang.

Sering Dina ini ketiduran di Sofa keluarga sambil mengendong anak saya sementara istri saya telah tertidur pulas.. dekat sofa atau didepan nya ada TV ukuran 34 Inc.. disamping sofa keluarga ada meja makan. saya biasanya suka mengetik hasil transaksi bisnis di meja makan itu sampai larut malam. karean seringnya Dina ketiduran di atas sofa depan TV, lama2 saya memperhatikan ia juga.

Cantik dan sensual juga si Dina ini pikirku. Dengan kulit bersih sawo matang, rambut terurai panjang sebahu, dan kaki jenjang… selayaknya si Dina tidak pantas jadi pembantu. saya tipe suami yang setia. belum pernah merasakan memek dan harumnya gadis lain selain istri ku. oya istriku cukup cantik dengan kulit putih mulus dan bodi bahenol. kalo sedang hubungan intim ia sangat liar sekali. nafsu sex nya sangat kuat. kembali ke DIna. kadang2 waktu ia ketiduran di sofa, belahan dadanya sedikit mengintip.

pada suatu malam saya lagi pengen maen, namun istri ku lagi dapet bulan. dan seperti biasa si Dian pembantuku, ketiduran dekat sofa yang menghadap ke arah saya. saya iseng menghamprinya, dengan tangan gemetar, takut istri saya bangun.. saya belai rambutnya. ia diam aja. trus saya usap2 pipinya,.. eh..eh.. ia diem aja..trus saya mulai raba2 dadanya yang masih dalam bungkus bajunyanya, sementara anakku ia peluk sambil tidur..saya mulai curiga ia ketiduran atau pura2 tidur.. kemudian saya kecup keningnya terus matanya dan mendarat di bibirnya.. eh,,ia diam aja.

Saya penasaran… saya mulai isep mulutnya.. dan ia bergerak pelan..saya kaget..kemudian saya lepas ciuman saya… ia tertidur lagi. trus saya cium lagi bibirnya sambil tangan saya membelai-belai teteknya masih dalam bungkus bajunya… saya jadi penasaran., ia betul2 tidur atau tidak..saya takut juga..terus saya duduk di kursi makan menenangkan diri..saya lihat si DIna masih terpenjam matanya..tiba-tiba ia bangun karena anaknya saya dipelukkan bangun minta sisu… trus si dian bikinkan susu anak saya (laki).

Setelah menyuapin anak saya dengan susu, anak saya tertidur lagi,.. si Dina minta pamit ke saya untuk nidurin anak saya ke kamar anak saya yang nomor satu… saya mengangguk sambil sibuk kerja. setelah satu jam saya lihat si Dina tidak keluar dari kamar anaknya saya. saya penasaran, kenapa ia ngak keluar dari kamar anak saya. saya dekati kamar anak saya… dan saya buka pintu pelan2 takut ketahuan istri saya…tiba saya kaget ternyata si Dina tertidur pulas bersama anak saya.. dan yang lebih saya panas dingin adalah roknya tersingkap membuat paha nya mulus terbentang dalam kondisi mengangkang.

Saya masuk kekamar pelan2. trus saya berdiri disamping ranjang.. saya liaht wajah dina ia betul2 tertidur pulas… saya usap pelan-pelan celana dalam dekat memeknya pelan-pelan, sambil tangan kiri saya mengusap2 teteknya yang menonjol seski… saya terus mengusap2 memeknya,,dan setekah cukup lama saya merasakan celana dalamnya basah. saya kaget ternyata ia menikmati usapan tangan saya.

Saya mulai curiga jangan2 ia pura tidur. saya menuju mulutnya. saya kecup pelan2 mulutnya sambil tangan saya terus mengusap teteknya. mulutnya saya isep keras. terdengar lenguhan nafasnya…perutnya terangkat. dadanya ia busungkan ke atas.. aku makin penasaran. aku buka kancing bajunya diatas dadanya. sekaranag bajunya sebelas atas tersingkap. terlihat dua bukit kembar yang ranum dan montok..saya terkesima. bentuk teteknya indah sekali. masih kenceng. beda ama tetek istriku yang mulai kendor dan tidak begitu besar ukurannya.

Saya membelai teteknya dengan penuh sayang.. sekali-kali bibir saya mebngusap2 kulit teteknya yang mulus. lagi-lagi ia mendesah pelan. tangan kananku akau selipkan di antara daging tetek dan behanya.. agak sempit, saya berusaha masukin tangan saya.. hmm bukan maen..terasa daging teteknya kenyal dan dingin sejuk sekali. saya remas2 tetek berkali sambil tangan saya bergantian meremes2 teteknya. mulut saya terus mengecup bibirnya. lidah saya kadang saya masukin kedalam mulutnya. ada sedikit respon saat lidahku akau masukin kedalam mulutnya. ia sedikit mengisap lidah saya. saya tambah nyakin kayaknya ia pura-pura tidur. meskipun matanya terpenjam, namun napsu nya mulai naik.

Saya tak sabaran lagi pengen lihat teteknya secara utuh. saya buka tali BH nya dan sekarang teteknya betul2 dah telanjang. namun untuk jaga2 aku tetap tidak melepas bajunya yang tersingkap. hanya bhnya yang saya lepas talinya kemudian saya tarik ke atas sehingga teteknya yang montok itu menyembul keluar. saat itu juga saya langsung menyergap kedua putingnya. saya isep2 bergantian kiri dan kanan,. sementara tangan kanan saya terus memasukkain jari tangan saya kedalam memeknya..dia mengelinjang2 dengan pelan. puas mengisap putingnya.

Kontol saya sudah sangat tegang sekali. saya lepas celana pendek saya. terus memperhatikan mulutnya yang sedikit terbuka, matanya masih terpenjam, kayaknya ia pura2 tidur…trus aku naikin dadanya, posisi ia telentang pasrah. Sampai di dadanya, paha saya geser dikit ke atas. terus kontol saya yang udah sangat tegang langsung aku sodorkan kedalam mulutnya. aku masukin dengan paksa kontol ku yang besar dan tegang itu ke mulutnya.. agak susah dn ada sedikit penolakan. tetapi penolakan tersebut tidak begitu kuat. saya terus memassukkan kontol saya kedalam mulutnya.. saya majukan pelan-pelan…terasa kontol saya menyentuh giginya..ia mengerakkan giginya..wow..ia betul-betul ngak tidur.. nagk mungkin ia tidur,


TTWIN168 - Melihat ia menggerakan giginya sambil menekan kontol saya..ohghhh sensai yang luar bisa…sambil memmaju mundurklan kontol saya kedalam mulutnya, tangan saya yang kiri menjulur ke arah teteknya aku remas2 teteknya wow betul nikmatnya..ia masih perawan pikirku..dan belum pengalaman yang beginian. saya ingat istri saya..saya berdiri dari dari atas dadanya kontol saya lepaskan dari mulutnya..namun saya kaget.. pada saat kontol saya lepaskan dari mulutnya pelan2 tiba mulutnya menjepit kontolku. aku agak susah menarik kontolku… namun pelan2 akhirnya kontolku lepas.

Aku biarkan ia telentang dengan baju tersingkap dan kedua teteknya menyembul bebas dengan seksinya. aku pakai celana dan terus aku kekamar mengintip istri ku..wow ternyata ia tidurnya sangat pulas,… aku tutup pintu kamarku da kembali kekamar anakku yang ada si Dnna.. begitu aku lihat di ranjang, posisi Dina tidak berubah posisinya.. aku semakin dapat angin. kontol masih tegang dan tidak turun2… aku elus memeknya masih pakai celan dalam.

Memeknya dah basah sekali. aku buka celan dalamnya pelan2 terus, aku pelorotkan sampai ke mata kakinya, aku ngak berani melepas total celana dalamnya. pelan2 aku naikin dia dan kontolku aku arahkan ke lobak memeknya yang bsah itu.. aku bimbing kontol ku yang panjang dan tegang ke arah lobang memeknya. kakinya aku reanggangkan.. lobang memeknya masih sempit. kuliahat wajahnya pasarh dan mata nya tetap terpenjemn dan kelihatan mulutnya bergeraka menahan nikmat.. ia pura2 tidur. tetapi saya ngak peduli yang penting aku lagi masukin kontolku ke memeknya….sempit. dan susah sekali masuk kontolnya. ia mendesah pelan-pelan.

Badan ku aku rebahkan diatas bdannya. teteknya menekan dadaku.wow nikmat banget.. tiba-tiba tanganya ia rangkulkan ke leherku dan menekan2 pinggulnya ke arah kontol ku yang sedang bersusah payah menuju lobang kenikmatannya. pelan2 kontol ku masuk..dan seperti batang kontolku telah amblas. ia merintih2 ngak karuan tetapi dengan mata yang masih terpenjamn. mulutnya aku ciumi lagi dengan ganasnya…ia membalas ciuman ku.

Sekarang ia dah mulai menghisap2 lidahku dan mengginggit ujung lidah dengan pelan.. napsu ku tak karuan.. ia terus menekan pinggulnya ke arah kontol..tibah ia tersendak oughhh.ooughhh..oughh… bersamaan dengan terasa kontol ku menembus sesuatu.. aku lihat kebawah pada saat aku maju mundurkan kontolku..ada warna merah mudah di batang kotolku yang lagi maju mundur tersebut…aku kaget dan ngak sadar ternyata aku telah memecah perawanya.. tetapi ia kelihatan senyum tipis,

Wajahnya menegang… ada rasa penyesalan..namun kenikmatan duniawa mengalahkan semuanya.. akhir aku genjot kontol keluar masuk memeknya sambil tanganku tak henti2nya meremas2 kedua tetek nya seksi.. sementara mulutku terus mengisap2 lidahnya dan mencupang lehernya…..ough..nikmat.. tiba-tiba ia mengejang bersaman dengan itu akupun menyemburkan air mani panas kelobang memeknya. cukup banya air mani….yang masuk kelobang memeknya..akhir aku lemas.. dan diam-diam aku tarik kontoku dari lubang memeknya.

aku turun dari ranjang. aku lihat anakku masih tidur pulas. dan pembantuku Dina juag dalam keadaan tidur pulas… dan matanya terpenjamn. aku rapikan pakaiannya setelah celana dalam dan bhnya aku kancingin lagi… aku keluar kamar anakku.. masuk ke kamar tidurku dan kulihat istri tidur dengan pulas., untung ia ngak bangun.

Besok paginya aku bangun, istriku dah berangkat kerja. kulihat Dina, sikapnya menunjukkan biasa saja…ia sempat tanya ke saya,.. pak semalam aku mimpi aneh deh…kok lain dan anuku terasa perih…terus ia bilang kenapa ada warna merah ya pak di paha dan dalam celananya..ia nanya dengan lugu.. aku pura ngak tahu…namun kelihatan ia puas. sambil tersenyum ia pergi kekamar mandi sambil nyuci baju.

Judi Online | Bandar Bola Terpercaya | Sabung Ayam Online | Poker Online | Slot game Online 

Sunday, January 26, 2020

Nikmatnya GIta Teman Kuliahku


TTWIN168 - Di hari pertamaku masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tidak ada yang aku kenal satupun, sehingga aku seperti orang nyasar, bingung celingak-celinguk kesana kemari. Sewaktu sedang bingung-bingungnya tiba-tiba ada cewek yang menegurku, ‘Eh, tau kelas MI1-3 nggak?

Eeiittss.., ternyata aku juga cari kelas itu.., lalu aku jawab, ‘mm.., saya juga tidak tahu, mendingan cari sama-sama yuk’. ‘Saya Gita’ dia sebut namanya duluan. ‘Aku Iwan’, aku sebut namaku juga, di situlah aku mulai punya teman bernama Gita. Cewek manis ini mempunyai kulit kuning langsat, nyaris tanpa cacat, tinggi badan kira-kira 166 cm, dengan berat 49 Kg. Tapi yang bikin aku tidak bosan melihatnya adalah dadanya yang menantang, cukup besar untuk ukurannya, tapi tidak terlalu besar sekali.

Begitu pula dengan pantatnya, aku paling suka jika dia memakai jeans ketat, dengan kaos oblong warna putih. Kadang jika ia bercanda, ngomongnya nyerempet-nyerempet porno terus, walaupun sekali-sekali saja.

Tiga bulan sudah lamanya aku dekat dengannya, jalan kemanapun selalu bersama, walaupun dia belum resmi jadi pacarku, tetapi aku dan dia selalu berdua kemanapun. Sampai akhirnya aku dan dia pergi jalan-jalan ke daerah Dieng, salah satu daerah dingin di Jawa Tengah, niatnya cuma jalan-jalan saja, tidak menginap.

Entah kenapa hari ini dia mengajakku bercanda yang berbau porno terus, dari pagi hingga siang hari. Sampai akhirnya ia bertanya begini, ‘Wan, kalau kamu punya istri suka yang buah dada nya besar atau sedeng-sedeng saja?’. Lalu aku jawab ‘Mm.., yang kayak apa ya?, kayaknya aku suka yang seperti punya kamu itu lho’. ‘Lho emang kamu pernah liat punyaku?’, tanya dia. Aku bilang ‘Gimana mau liat, orang kamunya ajah nggak pernah kasih kesempatan.., heheheh’. Dia tanya lagi sambil bercanda, ‘Kalo aku kasih kesempatan gimana?’.

Aku jawab, ‘Yaa.., nggak aku sia-sia’in’. ‘Emang berani?’, tantang Gita. ‘Siapa takut..’, jawabku tidak mau kalah. ‘Kalo gitu bukti’in!’, kata Gita. ‘Oke.., kita cari losmen sekarang.., gimana?’, tantangku gantian. ‘Siapa takut..’, jawabnya tidak mau kalah juga. Jujur saja aku masih berfikir bahwa ini cuma bercanda saja, sampai tiba-tiba di depan sebuah losmen, dia berkata, ‘Wan, disini ajah.., kayaknya losmennya bagus tuh’. ‘Deg!!’, jantungku terasa berhenti.

Dengan ragu-ragu kuarahkan mobilku masuk ke halaman losmen tersebut. Aku masih diam dan setengah tidak percaya. Terus dia berkata, ‘Kamu angkat tas-tas kita, aku yang check in.., OK?’.

Seperti babu kepada majikannya, aku ikuti kata-katanya dan mengikuti langkahnya masuk ke losmen. Masuk ke kamar losmen langsung kita tutup dan kunci pintunya, aku masih terdiam terus duduk di atas kasur sampai dia berkata, ‘OK, sekarang aku kasih kamu kesempatan liat dadaku, tapi jangan macem-macem yaa?.

Tiba-tiba saja Gita menarik kaosnya ke atas, dan langsung melemparkan ke atas tempat tidur. Lalu dia terdiam sambil menatapku yang juga terdiam, walaupun sebenarnya aku sedang terpana.

Beberapa saat dia arahkan tangan kanannya ke pundak kirinya, digesernya tali BH-nya jatuh ke lengan. Lalu gantian tangan kirinya ke pundak kanan melakukan hal yang sama. Lalu tangan kanannya diarahkan ke punggung, tetapi tangan kirinya masih memegangi BH bagian depannya. Oh God.., Nafasku terasa berhenti di tenggorokanku.., BH-nya telah terlepas, tetapi masih ditahan bagian depannya oleh tangan kirinya. Gita terus memandangiku. Gita menggigit bibir bagian bawahnya.

Tiba-tiba ia berkata, ‘Aku nggak akan lepas ini, jika kamu nggak buka pakaianmu semuanya’ Aku ragu-ragu.., tetapi nafasku sudah tidak bisa diatur lagi.., aku buka kaosku.., aku buka jeansku.., lalu aku berhenti, tinggal celana dalam yang aku kenakan.., gantian aku yang menantang, ‘Aku nggak akan buka ini, jika kamu nggak lepas itu sekarang’ Gita diam sejenak lalu dia turunkan perlahan tangan kirinya dan akhirnya terlihat jelas buah dada nya yang kuning langsat dan benar-benar menantang.

Belum sempat aku rampung menikmati pemandangan ini, tiba-tiba ia melompat ke arahku dan mendorongku telentang di kasur, dengan cepat dia mencium bibirku. Aku yang masih kaget akan serangan mendadak ini tidak menyia-nyiakannya, kami saling berciuman, saling melumat bibir, ‘uugghh.., oohh..’, hanya kata itu yang Gita keluarkan.

Tiba-tiba saja di berdiri, dalam 5 detik celana jeansnya sudah terlepas. Kami sama-sama hanya memakai celana dalam saja, saling pandang tetapi itu hanya berlangsung 6 detik, dengan cepat ia menarik celana dalamku kebawah dan melepasnya.


TTWIN168 - Gita tersenyum dan sedikit tertawa, aku tak tahu dia senang melihat punyaku atau menertawai punyaku? Akupun tidak mau kalah, kutarik perlahan-lahan celana dalamnya sedikit demi sedikit, ternyata Gita sudah tidak sabar lalu dia tarik sendiri celana dalamnya dan melemparnya ke belakang, belum sempat celana dalamnya menyentuh lantai bibirnya sudah melumat bibirku,

‘oohh..’, kami sekarang benar-benar telanjang bulat. Gita mulai mencium leherku tapi itu tidak lama karena aku keburu membalik badanku. Sekarang gantian ia yang telentang di kasur.
Pemandangan yang indah sekali tetapi kali ini aku tidak mau lama-lama memandang, langsung aku berada diatasnya, kedua tangannya sudah kupegang dan tahan di samping kiri-kanan kepalanya. Aku ciumi lehernya, bibir, leher lagi. ‘Hhmmhh.., uugghh.., sstt’, cuma itu yang dia katakan.

Ciumanku sudah ‘bosan’ di leher. Aku mulai turun. Melihat gerakanku itu, tiba-tiba dia mengangkat dadanya. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Aku langsung ciumi buah dada nya sebelah kiri, sedang tangan kananku mengelus-elus buah dada nya yang kanan.

Kali ini tangan kirinya sudah memegang kepalaku. ‘sstt.., hh.., sstt..’, mulutnya berdesis seperti ular. Dia menarik rambutku dan kepalaku dan mengarahkan kepalaku ke buah dada nya sebelah kanan. Dengan t’.

Lalu dengan gigiku aku mulai mengigit-gigit sedikit puting susunya, kiri-kanan, kiri-kanan selalu bergantian dan adil. Sementara dari mulut Gita terus keluar kata, ‘Teruuss.., teruuss.., yang keras.., aahh.., gigit Wan.., gghh.., sstt’. Sementara punyaku sudah tegang keras.

Kepalaku mulai turun lagi tetapi tiba-tiba ia berteriak kecil, ‘Wan.., Iwan.., uugghh.., sekarang ajjaah.., masuk’iin.., nggak usah pake mulut lagi.., masukin sekaraanng.., plizz..’. Aku langsung di dorongnya. Sekarang ganti posisi, aku yang telentang dan Gita berada di atasku. Selangkangannya mencari-cari posisi, walau aku tahu pasti yang dia cari adalah punyaku.

Begitu posisinya tepat, Gita mendorongnya dengan kuat. ‘uugghh..’, sedang aku sedikit berteriak, ‘aahh’. Punyaku sudah terbenam di dalam selangkangannya. Gita terus menggerak-gerakan pinggulnya ke atas, ke bawah, kiri-kanan, naik-turun segala arah gerakan ia lakukan.

Matanya terpejam, bibirnya digigit seperti menahan sesuatu, sering dari mulutnya keluar kata-kata, ‘oohh.., sshhtt.., uugghh.., sshhss.., sshhiitt.., aacchh.., oouuhh..’, nafasnya tidak lagi teratur. Kedua tangannya meremas-remas buah dada nya sendiri, kepalanya sering menengadah ke atas, ‘uugghh.., oohh.., sshhsstt’.

Sedangkan aku hanya sanggup meremas sprei di kiri dan kananku dengan kedua tanganku. Gigi atas dan gigi bawahku sudah saling menekan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku hanya suara nafasku saja yang terdengar. Kali ini aku yang mengambil alih ‘kekuasannya’ gantian kudorong tapi dia malah tengkurap, melihat pantatnya yang putih mulus.

Aku jadi tambah bernafsu untuk segera memasukkan punyaku ke punyanya. Aku angkat pinggulnya dan Gitapun mengangkat badannya dengan kedua tangan dan kakinya. Sekarang posisinya seperti mau merangkak.

Langsung tanpa tunggu waktu lagi aku mencoba memasukan ‘adikku’ ke lubang vaginanya. ‘Mmaasuukkiinn.., ceeppeett..’, Gita memohon kepadaku tapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya punyaku sudah masuk ke vaginanya. ‘oohh..’, dari mulutku keluar kata tersebut. Dengan semangat aku mulai mendorong ke depan, menarik, mendorong, menarik terus menerus seiring dengan gerakanku.

Gerakannyapun berlawanan dengan gerakanku, setiap aku mendorong ke depan ia mendorong pantatnya ke arahku diiringi desahan dan leguhan dari mulutnya. ‘uugghh.., aahh.., Sshshhss.., oohh.., uugghh..’. Tiba-tiba ia berteriak, ‘Iwaann.., sshh.., oohh’, aku merasakan sesuatu keluar dari dalam lubang kemaluannya tapi, ‘oohh.., oohh.., aacchh.., Gitt.., aakku..’. Akupun merasakan kenikmatan yang tiada bandingannya seiring dengan keluarnya cairan dari dalam punyaku. ‘oohh.., uugghh’, banyak sekali cairanku keluar. ‘Terus Wan.., keluarin semuanya..’, pinta Gita.

Tubuhku terasa sudah tidak kuat lagi berdiri. Aku langsung telentang di kasur, sedangkan Gita langsung memelukku dan menaruh kepalanya di dadaku. ‘Gita sayang sama Iwan’, hanya itu yang keluar dari mulutnya, lalu matanya terpejam sambil terus memelukku.

Judi Online | Bandar Bola Terpercaya | Sabung Ayam Online | Poker Online | Slot game Online